Buah Matoa

Matoa (Pometia pinnata) adalah flora identitas Propinsi Papua Barat.

Dulu aku kan pernah tinggal di Papua sewaktu orang tua ditugaskan di sana. Tetapi kala itu aku tidak pernah melihat pohon matoa (Pometia pinnata) ataupun  pohon buah merah (Pandanus conoideus)  yang terkenal itu yang juga berasal dari sana. Mungkin karena waktu itu aku masih usia sekolah dasar sehingga tidak memperhatikan sekeliling dan tahunya hanya bermain saja.  Nama kedua pohon inipun hanya kuketahui dari media.

Rasa penasaranku semakin menjadi ketika seorang kenalanku mengatakan ada sebatang pohon matoa di depan rumahnya.

Aku dengan sok tahu mendebatnya: ” Masa ini pohon matoa sih? Matoa kan buah langka dari papua.”

Dari rasa penasaranku, kutemukan foto pohon matoa di wikipedia. Foto di bawah foto matoa hasil karyaku. Memang akhirnya aku mengakui itu benar matoa he…he….

 

Pohon matoa dapat tumbuh tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Menurut kenalanku rasa buahnya  campuran antara rambutan, durian dan kelengkeng.  Buahnya berbentuk lonjong dan seukuran buah pinang atau telur puyuh, mungil sekali ya.  Ketika muda berwarna hijau dan setelah matang berwarna hijau kekuningan.

Di Papua, pohon matoa  tumbuh  di seluruh wilayah Papua dan bisa  berkembang sampai dengan diameter pelukan tiga orang dewasa. Kayunya bisa dibuat  mebel atau kusen rumah. Pohon ini berbuah musiman yaitu sekitar bulan September – Oktober. Nah, saat itupun pohon matoa kenalanku sedang berbuah. Kuambil satu buah yang belum matang saking tidak sabar ingin melihatnya. Matoa dalam genggamanku itu kelihatan mungil sekali kan.

Kulit buahnya agak keras mirip kelengkeng. Jika sudah matang aromanya menyerupai durian dan kelengkeng.

Selama ini orang mengenal buah matoa berasal dari Papua, padahal sebenarnya pohon matoa tumbuh juga di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa pada ketinggian hingga sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut. Selain di Indonesia pohon matoa juga tumbuh di Malaysia, tentunya juga di Papua New Guinea (belahan timurnya Papua), serta di daerah tropis Australia.

Di Papua New Guinea, buah matoa dikenal dengan sebutan Taun. Sedangkan di daerah-daerah lainnya, sebutannya juga bermacam-macam, antara lain : ganggo, jagir, jampania, kasai, kase, kungkil, lamusi, lanteneng, lengsar, mutoa, pakam, sapen, tawan, tawang dan wusel. Artinya, buah ini sebenarnya juga dijumpai di daerah-daerah lain di Indonesia. (vivaborneo)

Di Papua, pohon matoa yang semula tumbuh liar kini menjadi semakin naik gengsinya. Apalagi semenjak (mantan) presiden Megawati mencanangkan penanaman berbagai jenis pohon asli Indonesia seperti cempaka Aceh, meranti Kalimantan dan matoa Papua sebagai pohon lestari, di kawasan Gelora Bung Karno Jakarta, beberapa tahun yang lalu.

Maka, dapat dimaklumi kalau umumnya masyarakat Papua akan dengan bangga menyebut buah matoa sebagai buah khasnya propinsi Papua. Pohon ini berbunga sepanjang tahun, maka pohon matoa pun dapat dikatakan berbuah hampir sepanjang waktu. Oleh karena itu, buah matoa relatif mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional di Papua.

Sayangnya, karena cuaca  yang tidak menentu, kadang panas dan kadang hujan buah-buah yang lebat bergantungan itu rontok semua. Gagallah aku mencicipi matoa. Dari berkelana di dunia maya kabarnya matoa sudah dapat ditemui di toko buah-buahan di luar Papua. Ada yang tahu lokasi penjualan matoa di sekitar Jabotabek?

34 respons untuk ‘Buah Matoa

  1. faris berkata:

    Di jepara,kudus,pati jawa tengah jg bnyak tuch buah matoa…biasa ny q tu beli buah matoa langsung dari pohon alias bakul…he he

  2. Hasriyani berkata:

    saya baru tahu kalau buah matoa juga tumbuh di luar timur indonesia. kalau di PNG ya saya yakin karena masih satu daratan dengan papua.

    Tahun ini kita panen akbar.

  3. yustha tt berkata:

    Bu Mon, sy suka banget sama matoa ini. Iya, rasanya perpaduan antara rambutan, kelengkeng, dan durian. Beli 1 wadah (berapa ons ya, lupa) harganya Rp7000,-. Gk bisa berhenti kalo beum habis. Niatnya beli 2 wadah, yg satu wadah taruh kulkas. Eee…ternyata keluar kulkas saat itu juga. hahaha….
    Makasih infonya ya Bu Mon… 🙂

    • monda berkata:

      Aku udah langsung ke tkp tadi, ternyata bibit matoa ada di jawa juga dan mbak devi udah makan buahnya juga ya. Rumah mertua di mana ya mbak aku kesana cari matoa ya he.. he..

  4. Mechta berkata:

    Alhamdulillah aku sering makan matoa karena sahabatku punya pohon besar yg selalu berbuah lebat. Konon mmg pohon itu di’impor’ saat ayahnya selesai bertugas di irian. Karena pohonnya tinggi biasanya malah kami memunguti buah2 yg berguguran tertiup angin, hehe…

  5. Ikkyu_san berkata:

    aku cukup kaget waktu membaca buah Matoa = buah merah. Soalnya yang aku dengar buah merah berkhasiat sbg obat. Kalau pohon itu bisa ada di mana-mana, kenapa harus khusus bawa dari Papua gitu hihihi

    EM

    Maaf, kalau ada salah pengertian.
    Mbak, tolong betulkan kalimatku, salah ya kalau aku tulis begini “Tetapi kala itu aku tidak pernah melihat pohon matoa (Pometia pinnata) ataupun pohon buah merah (Pandanus conoideus) yang terkenal itu yang juga berasal dari sana”.
    Maksudku matoa dan buah merah itu tanaman berbeda.

  6. Blog Keluarga berkata:

    Salam kak… baru berkunjung lagi.

    Baru tau namanya buah Matoa. Dulu suka makan kalo lagi dihutan tapi gak tau namanya. Bentuknya sama, dulu pas kecil suka nyari biji karet buat main, nah suka juga nemu ni buah….

  7. SITI FATIMAH AHMAD berkata:

    Assamaalu’alaikum Mbak monda

    Selamat Hari Ibu buatmu dan semua ibu yang merayakan Hari Ibu di Indonesia. Saya tumpang bahagia untuk menyambutnya bersama kalian. Hargailah diri sebagai ibu atau anak. berbaktilah dengan setulus hati untuk membahagiakan ibu kita.

    Ada award untukmu sahabat, silakan titip sebagai tanda penghargaan selama bersahabat di maya pada.

    salam rindu dan sayang selalu dari sarikei, sarawak.

  8. bundadontworry berkata:

    pernah lihat pohon buah matoa ini, tapi gak pernah nyobain rasa buahnya ,Mbak Monda .
    kalau memang mirip rambutan atau lengkeng, makan rambutan aja deh ….heehehe…. 😛
    salam

  9. Pendar Bintang berkata:

    Wah….dengan teliti Hani melihat Bu Monda..kalau saja dari deretan nama lain buah itu ada yang Hani kenal, dan alhamdulillah..ternyata Hani emang belum pernah mengenal buah ini 😦

    Tapi kalau kayak kelengkeng gitu, mungkin alternatifnya makan kelengkeng ya Bu, heeeee
    jalan pintas 😀

  10. zee berkata:

    Dulu waktu aku masih tinggal di Biak, rutin makan buat matoa. Itu buah favorit abangku (aku ada menyinggung sebaris cerita ttg matoa di susucoklat.com)…..
    Dan waktu makelaku (siregar juga :D) pernah menanam matoa di rumahnya di cilandak. Entah ya apakah sekarang pohon itu bertumbuh atau tidak.

    Tapi memang benar kek kelengkeng. Dan khas sekali rasanya. Syukurlah aku tinggal di papua dulu jadi sudah pernah makan buah matoa :).

    Nah, zee udah pernah nyoba tuh, jadi rasanya betul seperti yang dibilang tetanggaku itu ya

  11. mademelani berkata:

    makasih ya artikelnya, menarik dan menambah wawasan sekali… mencoba membayangkan aromanya yg spt durian dan klengkeng, cukup sulit juga ya hehe… memang unik banget buah ini ya…
    jadi matoa ini nama lain buah merah dari papua yg gencar dijadikan obat itu?

Tinggalkan Balasan ke Blog Keluarga Batalkan balasan