Cicak di Dinding

Cicak-cicak di dnding

Diam-diam merayap

datang seekor nyamuk

Hap .. lalu ditangkap

Lagu anak-anak Cicak-cicak di dinding  ini karya almarhum AT Mahmud. Sudah pasti semua yang pernah menjadi anak Indonesia hafal lagu ini, lagu sederhana yang sangat abadi bukan?

Cicak di dinding rasanya hampir selalu jadi lagu pertama yang diajarkan kepada anak-anak. Lucu sekali ketika melihat dan mendengar anak kecil yang masih cadel mengucapkan  “hap”.

Ingat tidak pertama kali mengajarkan anak atau keponakan lagu ini?

Cicak makan nyamuk. Itu memang kodratnya. Tetapi di rumahku lain lagi ceritanya.

Beberapa waktu lalu pernah banyak sekali nyamuk di rumah, padahal sudah 3 M lho.  Setiap masuk kamar selalu cetes ..cetes…dari  suara nyamuk yang terperangkap di raket elektrik disertai bau hangus nyamuk yang terbakar.  Di rumah kami memang selalu memakai raket elektrik yang bisa dicas ulang.  Kami sudah lama sekali tak memakai obat nyamuk  yang mengandung insektisida,  ataupun bakar. Nah jadi berburu nyamuk adalah hal biasa, dan itu jadi pekerjaan rutin buat si papa:D

Temanku pernah berkomentar mengapa mau cari kerepotan dengan mengejar nyamuk setiap malam,  mengapa tidak memakai  cairan pembasmi nyamuk saja daripada kena penyakit demam berdarah. Mana lebih baik kena demam berdarah atau keracunan insektisida ? tanyaku kembali. Kami pasrah pada ketentuan Allah  sambil tetap berusaha menghindari.

Memang nyamuk-nyamuk  itu sangat mengganggu tidur, gatal bekas gigitannya dan suara nging …nging di telinga membuat terbangun.

Entah mulai kapan aku tak menyadari cicak mulai datang satu persatu sampai jumlahnya cukup banyak.  Mungkin karena predatornya  banyak dan ligat,  jumlah nyamuk akhirnya perlahan berkurang. Tidurpun terasa lebih nyenyak, tanpa harus berburu sebelum tidur.

Ketika mangsanya berkurang mungkin pasukan  cicak mulai kelaparan. Tak jarang melihat cicak di meja makan  atau di meja dapur mencari  remah-remah sisa makanan.  Suatu ketika aku membuka bungkusan roti tawar yang baru dibeli kemarin sore  untuk menyiapkan sarapan.  Begitu ikatannya kubuka ada yang bergerak-gerak dan suara gemerisik dari dalam plastik roti. Plastik kubentangkan lebar dan “hap”  cicak  loncat mengagetkanku. Tak habis pikir dari mana ia masuk, plastik tak berlubang.

Setelah jumlah nyamuk berkurang dan penyimpanan  makanan serta pembersihan semakin diperketat, perlahan-lahan pasukan cicak pergi satu persatu. Kini hampir tak ada lagi cicak di rumah dan nyamukpun mulai berdatangan lagi, meski tak sebanyak dulu, dan raket elektrikpun mulai bernyanyi lagi. Mungkin nanti para cicak akan datang kembali membantuku.

Jadi, keseimbangan alam  tetap harus dipertahankan, keseimbangan jumlah predator dan mangsa harus dijaga supaya tak ada lonjakan jumlah satu jenis hewan saja seperti kejadian  meningkatnya jumlah  ulat bulu.

46 respons untuk ‘Cicak di Dinding

  1. arya berkata:

    betul banget tuh. tak satupun makhluk ciptaan Allah sia2, semua ada manfaatnya bagi sesama makhluk. Allahu Akbar!

Tinggalkan komentar