Kali ini yang kuperhatikan sepasang anak SD pulang sekolah sore, dengan seragam putih yang masih baru. Mereka berdua menghampiri pojok perempatan, di sana telah menunggu seorang ibu dan balita. Anak-anak ini kemudian menukar baju dan sepatu sekolahnya dengan baju lainnya yang telah disiapkan ibu. Ibu memeriksa buku mereka, menanyakan peer, kemudian membungkus lagi tas, baju dan sepatu, lalu digantung di pohon.
Tak lama ayah datang, kakinya dibalut dan memakai tongkat.
Bergantian dengan ayah, kemudian kedua anak yang baru pulang sekolah itu menuju mobil-mobil yang berhenti di lampu merah dan mulai mengamen.
Ibu dan adik kecil hanya menunggu di bawah pohon dan ngobrol dengan ibu-ibu lainnya lagi.
Kisah ini pernah kutuliskan di tempat lain, kali ini sengaja kuulang lagi karena mendapat fakta baru.
Ternyata keluarga ini bukan hanya terdiri dari ayah ibu dan anak-anak. Ibu dan ayah ternyata adalah nenek dan kakek, sedangkan ibunya adalah seorang wanita muda dengan seorang batita di gendongannya. Beberapa hari lalu terlihat si ibu muda ini sudah hamil lagi, untuk ke empat kalinya dan keluarga ini masih tetap berada di lampu merah dari pagi sampai sore. Info ini kuketahui dari seorang rekan yang mencoba mengajak ibu muda tadi untuk berKB, suaminya selalu datang dan pergi sesukanya tanpa menghidupi keluarganya.
trims mbak jenie udah mampir
mrk punya hp dan balitanya udah pake pampers…
wew… serem nya.. realita kehidupan itu bu.. sedih dengan kurangnya kesadaran.. harus bagaimana ya kita?
suaminya selalu datang dan pergi sesukanya tanpa menghidupi keluarganya.
Campur aduk kak Monda …
antara kasihan dengan anak-anak itu
dan geram akan kelakuan suami tak bertanggung jawab itu
Salam saya Kak Monda …
Monda…betul Monda bilang sama Bibi Titi Teliti, karena melihat tiap hari empati saya juga suka hilang…
Atau di mata saya kesannya mereka tidak mau berusaha?
Atau karena pekerjaan itu begitu sulit didapatkan?
Bingung… 😦
Sedih sekali…..
Apalagi buat anaknya, yang nantinya berpikir bahwa mengemis adalah suatu pekerjaan.
karena terbiasa mereka mungkin menganggap cara kerja seperti ini wajar ya bu
suami yang tidak bertanggung jawab.. X(
Mungkihkan ada benarnya fatwa mengemis haram… Kondisional aja kali ya, jika memang sudah benar-benar tidak mampu…
miris membacanya mbak 😦
kasian anak2 balita itu
Ya Allah, kasihan anak2nya..
Tapi alhamdulilah masih sekolah..
Mudah2an bisa dapet kerjaan yang lebih baik >_<
-ngintip balik blog mbak Monda ^^-
semoga aja ya
ckckckck….
kadang kadang jadi suka bingung aku mba….
harus kasihan atau kesel ya????
karena ngeliat tiap hari empati kok ilang ya
banget bunda…
yang suka bikin aku kesel
anaknya sibuk ngamen..
emaknya cari kutu sambil pasang togel..
aku gak mau loh bunda kasih pengamen anak SD gitu
supaya mereka gak punya mental pengemis…
*kejam ya aku*
Wah, kasihan banget. Mungkin mereka menganggap mencari nafkah di lampu merah lebih mudah dan menguntungkan dan nggak perlu repot2 nyari si ini kemana si itu lagi ngapain… Wallahua’lam…
Tapi tetap nggak melupakan sekolah ya…
tapi kasian yah hirup asap knalpot sepanjang hari
ooohhh… hiks… the beggars kah mereka??? terkadang zaman sekarang ini mereka lebih kaya dibandingkan yg memberi, mbak.. entahlah, bener ga pandanganku ini… 😦
kabarnya begitu ya
mengamankan pertamax, solar dan minyak tanah…