Vredeburg – Taman Pintar – Ullen Sentalu

Tiga  kali kunjungan ke kota Yogyakarta sebelumnya  aku sama sekali tidak mengetahui keberadaan benteng Vredeburg ini. Parah ya, ke mana aja buk? Aku tahu dari buku dan browsing. Padahal lokasi benteng ini di sebelah selatan jalan Malioboro, berseberangan dengan Gedung Agung (Istana Presiden).

Benteng Vredeburg yang berarti benteng perdamaian  ini dibangun tahun 1760 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Tahun 1992 bangunan ini resmi menjadi Museum Perjuangan Nasional. Museum berisi  berbagai diorama, replika dan miniatur semasa perjuangan kemerdekaan.

Di museum ini sering dipakai untuk pameran. Festival Kesenian Yogyakart sedang berlangsung di saat kami berkunjung. Ini beberapa contoh benda seni yang dipamerkan di halaman bagian dalam benteng.

Dan ini beberapa diorama masa-masa awal terbentuknya Republik Indonesia.

Berjalan terus mengelilingi benteng akhirnya sampai ke halaman belakang, ternyata benteng terletak berpunggungan dengan Taman Pintar. Taman Pintar ini kurang lebih sama isinya dengan Museum IPTEK di TMII,  di sini terlihat anak-anak merubungi mbak petugas yang sedang menjelaskan peristiwa sehari-hari berdasarkan hukum fisika. Karena sebagian isi museum ini pernah dilihat di Taman Mini, anak-anakku tidak begitu antusias lagi.

Di Museum ini ada beberapa ruangan, tapi tidak semua bisa dimasuki karena ada ruangan khusus untu anak-anak usia PAUD / playgroup,  ada ruang memorabilia dan ruang studio 4 dimensi. Untuk masuk ke tiap-tiap bagian ini harus membeli karcis terpisah. Di halaman depan Taman ini dilengkapi dengan bermacam-macam permainan anak, jadi anak bisa bermain dulu sementara menunggu orang tua mengantri membeli tiket masuk.

Kunjungan ketiga di hari terakhir ini kami mengunjungi museum Ullen Sentalu di Kaliurang. Sebenarnya hari sebelumnya kami sudah ke sana, ternyata museum tutup mengikuti kebiasaan internasional. Bodohnya aku, padahal aku pernah memberi peringatan ini di salah satu posting lama.

Karena penasaran seperti apa  semua setuju mengulang perjalanan ke sana lagi. Dari artikel di media dan cerita temanlah aku tau mengenai keberadaan museum ini. Pintu masuk museum ini terletak di antara rerimbunan pohon.,bentuk luar bangunan tidak terlihat sama sekali.    Setelah membeli tiket seharga Rp 25000 untuk dewasa dan Rp 10000 untuk anak-anak, kami dipersilahkan menunggu sebentar karena akan dijemput oleh pemandu.  Begitu pintu masuk dibuka kami dibawa menyusuri ruang demi ruang  di antara lebatnya pepohonan.  Ruang-ruang ini tertata apik bersih, berpendingin udara dan pencahayaan obyek seperti di galeri internasional. Museum tercantik menurutku. Dan seperti umumnya museum, di sini terpajang tanda NO PICTURE di mana-mana, boleh mengambil gambar di pintu  keluar.

Museum ini dibuka mulai 1997, didirikan oleh seorang pengusaha batik terkenal karena kecintaannya akan budaya Jawa.  Di sini terpajang lukisan para  raja dan putri, foto-foto keluarga ningrat lainnya dari 4 keraton pecahan kerajaan Mataram yang ada di Yogyakarta dan Solo. Ada foto-foto dari Gusti Nurul yang terkenal akan kecantikannya itu dan ada ruangan yang berisi surat-surat pribadi salah  seorang putri keraton, ada pula batik-batik khusus keluarga keraton yang berbeda-beda motif dari tiap keraton, kebaya kuno dari tahun 20-an. Di lingkungan ini ada ruang khusus untuk latihan tari bagi anak-anak sekitar dan panggung pertunjukan tari, hanya karena saat itu liburan sekolah, maka kedua tempat ini kosong.

Setelah puas berkeliling,  tiap pengunjung disuguhi minuman tradisional seperti  wedang. Sayang ketika mau  keluar dan hendak berfoto turun hujan lebat dan kabut asap bakaran sampah  mungkin, sehingga foto yang dihasilkan tidak jelas . Kata si adek : ” Foto Mama kayak hantu”, jadi cukuplah linknya saja di atas ya.

(Oh ya, tiket masuknya bagus sekali, dari salah satu lukisan di museum ini, biasanya tiket-tiket bagus seperti ini kulaminating dan dikoleksi sebagai pembatas buku).

24 respons untuk ‘Vredeburg – Taman Pintar – Ullen Sentalu

  1. bintangtimur berkata:

    Idenya keren, mbak, tiket dilaminating untuk pembatas buku 🙂
    Infonya menarik, semua yang mbak tulis disini kayaknya bakal jadi tujuan saya kalo berkunjung kesana deh!
    Thanks…

    • monda berkata:

      sama bundo, makin banyak aja obyek yg bagus2, pengennya sih diulang lagi, agrowisata dan outbound, jalan ke kaliadem juga belum

  2. wongkamfung berkata:

    (Oh ya, tiket masuknya bagus sekali, dari salah satu lukisan di museum ini, biasanya tiket-tiket bagus seperti ini kulaminating dan dikoleksi sebagai pembatas buku).

    jadi terinspirasi saya. kenapa dulu setiap ada tiket saya buang ya? tidak kepikiran untuk melaminatingnya. makasih atas idenya bun.
    salam persahablogan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s