Benarkah judul di atas?
Kalimat ini diucapkan oleh seorang presenter berita olahraga dari sebuah televisi swasta pagi tadi. Karena menyadari kesalahannya, dia segera meralat menjadi “Meninggalnya Seorang Gurita”. Maksud hati ingin menyampaikan kabar kematian Paul Sang Gurita Peramal, tetapi setelah diralat ternyata masih ada kesalahan, entah menyadari atau tidak atau mungkin karena malu, kesalahan kedua ini tidak diperbaiki lagi.
Menurutku , kalau sudah berani bekerja sebagai pembawa acara yang tampil di depan orang banyak seharusnya tidak boleh ada kesalahan berbahasa. Mungkinkah dia grogi atau demam panggung, ataukah terbiasa dengan bahasa asing yang hanya mengenal kata “a” atau “an” untuk semua kata benda? Atau mungkin juga karena sekarang ini sedang trend menggunakan bahasa campuran Indonesia dan Inggris sehingga tidak tahu lagi tata bahasa Indonesia yang benar? Bolehlah jika tidak mau menggunakan bahasa baku dengan alasan agar tidak membosankan, tetapi mengapa untuk hal mendasar seperti ini saja ada kesalahan?
Teman, anda tahu bukan bagaimana aturan yang betul untuk kalimat judul di atas? Mari perbaiki bahasa kita, gunakan bahasa Indonesia yang benar. Hidup Sumpah Pemuda.
Reporter berita yang sifatnya bukan breakingnews memang selayaknya lebih siap, paling tidak dia sudah mempelajari judul berita yg akan disampaikan.
Tentang yang kasus gurita tadi, mungkin penyiarnya nggak konsen sehingga ketika ketemu nama PAUL, spontan langsung terpikir MANUSIA… 😀
kok bisa ya… mungkin orang ini harus balik sekolah lagi belajar bahasa Indonesia :-p
Mungkin saking groginya…
kadang apa yg ada di otak kok yg keluar beda…
seekor…meski ga punya ekor…
atau..
Matinya Paul Gurita 🙂
Mbak Monda, yang sulit adalah satuan untuk jin, malaikat, atau hantu. Pakai satuan apa ya? Seorang? Kan bukan orang. Sebuah? Kan bukan benda. Seekor? Lho, memangnya punya ekor … hihihi … 😀
halah … halah .. bener juga ya, semalam aku jadi mikir apa ya yg tepat utk jin dan malaikat, tiba2 pagi ini seolah dpt ilham he…he… mungkin bisa sesosok ya, jadi sesosok malaikat gitu
matinya seekor gurita, yah mba monda. wah, sang reporter mesti ditraining tuh 🙂
Fety kenapa ya aku nggak bisa komen di tempatmu
pembaca beritanya mungkin gak konsen baca teleprompternya ya Mbak Monda, jadi malah bingung gituh…. 🙂
salam
bunda sehatkah? Lama nggak ol. Salahnya di pergantian antar berita bun, jadi presenternya ngomong langsung nggak baca telepromp
Wah, saya baru tahu bahwa Si Paul gurita mati dari posting ini.. jagat sepakbola musuh kesebelasan Panser Jerman pasti puas tuh, gembira ria… hehe…
Tentang reporter, saya juga sampai mendidih mendengar reportase mereka. tata bahasa dan gramatika acak adul, isi berita kadang berlebihan dan tidak akurat sehingga masyarakat jadi panik dan resah. Misalnya saja mereka menyebut Jalan kaliurang kilometer 6 sebagai jalan yang berjarak 6 km dari Merapi dan sudah terlanda awan panas.. seolah kota Jogja sudah diterjang awan panas. kan bikin masyarakat panik dan geger.
Padahal Jalan Kaliurang Km 6 itu diukur dari Kaliurang ke pusat kota Jogja, Kaliurang sendiri masih agak jauh dari Merapi.
Ada lagi mereka menyebut desa Cakem untuk Pakem, Kinahrojo utk Kinahrejo, dan Harjobinangun untuk Hargobinangun… masak reporter tidak memberikan info yang akurat? gemes sendiri deh Kak… 🙂
Maaf Kak, malah curcol, kepanjangan deh komentar saya..
Mungkin masih kurang pengalaman utk siaran langsung, trainingnya terlalu singkat mungkin, padahal kan pintar2 semua, kan syarat kerjanya minimal S1. Hrsnya mrk didukung team yg bisa kasih data akurat. Dan nggak usah melintir kata2.
waduh jadi pembawa acara harus menggunakan kalimat bahasa indonesia yang tepat ya, iya jg sih karena dilihat oleh bnyk orang.
baru tau juga aku kalo gurita si paul meninggal….
Mbak…ikut ngejawab boleh ya?
Matinya Seekor Gurita…hehehe, bener nggak 😉
Ngomong-ngomong, saya baru tau kalo Paul itu sudah mati…untung aja Piala Dunianya udah selesai…
Bahasa Inggris yang dicampur-campur pake Bahasa Indonesia sering bikin saya malu hati saat mendengarnya, aneh banget kalo buat saya, gimanaaaaaaa gitu 😛
Warga biasa dan anak2pun sudah biasa pake bhs campuran gitu, di satu sisi sih baik utk perlancar bhs asing, tp jangan sampai bahasa Indonesia jadi rusak.
Seekor kali yak …
🙂
Salam saya Kak …
..
Haduh jadi malu, bhs Indonesia saya suka asal..
..
Pembawa acara gak boleh salah ya, kasihan deh..
😀
..
Salah sekali sih gpp tp udah diralat kok masih salah juga he.. he..
telitinya mbak ini,, 🙂
mungkin si pembawa acara menganggap “paul” yang meninggal dengan nama alias “gurita” kali mba 😀
Sampai sekarang remaja Indonesia belum terbiasa mengunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Apalagi dengan berkembang nya bahasa perusak (alay), tidak hanya verbalnya saja yang salah tapi penulisan nya pun jadi amburadul 😦
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
masalahnya penyiar berita tak boleh lama berpikir…hmmm….
Bisaan kak…. hebat ya.. gurita dari sebuah benda yang bisa mati menjadi manusia yang meninggal… padahalkan si paul seekor hewan… Biar kata bahasa Indonesia saya cuman 5,44 saya juga ngerti kalo soal yang ini,, heheh sedikit sombong…
Sayuran Goreng (Vegetable Fritters) on Blog Keluarga
mungkin karena paul ga punya ekor,
jadi dianggap benda:)
Kalau jadi pembicara memang harus berhati-hati.
Saya pernah mendengarkan seorang pejabat yang juga salah ucap…namun karena masalah yang dibahas spesifik, tak banyak yang menyadarinya.
Memang harus hati2 drpd diketawain atau dikritik di blog he..he..
Ternyata banyak orang yang tidak sadar, kalau berbahasa itu tidak sederhana juga :D.
Kl acara atau topiknya formak baiknya perhatikan jg tata bahasa
Wah… bisa salah gitu ya… padahal kan ada skripnya ya, Mbak 🙂
mungkin disuruh improv kin
Ah..mbak Monda teliti sekali… Tapi memang seharusnya kita begitu ya, dan bagus juga menyampaikan kritikan agar kedepan lebih baik lagi….
teliti sih nggak juga he..he,
pas baca awal tulisan mbak Monda, nggak ngerti salahnya dimana..ternyata ada yang salah..ehehe
Salahnya sih kecil, tp krn udah ralat msh salah jg ya udah kritik aja deh he..he..
hihihi..
masa siiiih?
Sampai segitu saktinya kah si Paul itu ya?
Tp kesaktiannya udah tamat skrg
hahaha masa sebuah atau seorang sih… 😛 kesalahan kecil tapi fatal juga ya….
Kesalahan kecil tapi tetap harus dicermati ya.
hihih lucu juga ya mbak
Tapi ya bgitulah manusia,bisa jadi lagi ga konsentrasi
Kira2 selesai siaran dpt teguran ga ya dr produsernya
Mudahan produser juga nyadar, hrsnya memilih org yg betul2 siap tampil.
Hidup bahasa Indonesia…
salam kenal….
xixixi… barangkali penyiarnya bingung, gurita itu punya ekor berapa biji… seekor atau dua ekor ya?
Dia ribet mikirin mana tangan, mana kaki, mana ekor kok bentuknya sama semua, he..he..he..
si Paul manusia apa yang gurita? kalo manusia meninggal kalo Paul gurita ya mati. Paul kecapean kali abis diperas otaknya mikir buat taruhan piala dunia barusan. Oh Paul I’m gonna miss you, piala dunia yg akan datang ada pengganti Paul ngga?
Nah itulah, bahasa Indonesia itu gampang2 sulit ya.
“Menurutku , kalau sudah berani bekerja sebagai pembawa acara yang tampil di depan orang banyak seharusnya tidak boleh ada kesalahan berbahasa.”
Setuju sekali sama kalimat diatas.
Sayangnya, entah karena durasi, entah mengandalkan tampang cantik, ganteng, banyak pembawa acara di televisi sekarang, kalau membacakan berita suka beleber (artikulasi dan kalimat tak jelas).
Contoh lainnya, acara TV juga, wawancara dengan Kepala BKMG tentang meletusnya Merapi, Pak Surono sudah menjelaskan dengan detail, bicaranya runtut, dan cergas, eh si anchornya, mengulang-ulang pernyataan Pak Surono menjadi pertanyaan, bete yang nontonnya 😦
Reporter siaran langsung juga begitu, nanyanya berulang2, nggak mutu deh.
Ga mungkin juga si pembawa berita ga tau kalo Paul itu hewan ya Bu? Kenapa bisa begitu ya.. sedikit tidak profesional 🙂
Reporter dan host banyak yg belepotan. Btw clara aku nggak bs ninggalin komen di blogmu, kucari2 nggak ketemu klik di mana lewat hp soalnya. Smg pohon clara cepat tumbuh besar ya. Yuk teman2 ikuti jejak clara.