Benteng Somba Opu

 

Aku belum pernah ke Makassar mengunjungi benteng Somba Opu, tetapi membaca berita di Kompas, 9 Desember 2010 aku terhenyak. Ini isi berita :

Pembangunan proyek wisata Gowa Discovery Park di sekitar kawasan benteng Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, menuai kecaman berbagai kalangan. Proyek senilai Rp 30 miliar  itu dinilai berpotensi  merusak situs benteng yang dibangun pertengahan abad ke 16 Masehi.

Benteng yang pernah menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah dan ramai dikunjungi pedagang asing ini dibangun pada tahun 1525. Adalah Sultan Gowa Ke IX yang membangunnya, bernama  Daeng Matanre Karaeng Tumapa‘risi‘ Kallonna. Pada tanggal 24 Juni 1669,  benteng ini dikuasai oleh VOC dan kemudian dihancurkan hingga terendam oleh  ombak pasang. Pada tahun 1980-an, benteng ini ditemukan kembali oleh sejumlah  ilmuan. Pada tahun 1990, bangunan benteng yang sudah rusak direkonstruksi  dengan merelokasi 300 warga  untuk pengembangan benteng.

Benteng Somba Opu sekarang berupa reuntuhan dengan sisa-sisa beberapa dinding yang masih berdiri. Tiga bastion yang masih terlihat yaitu bastion di sebelah barat daya, bastion tengah, dan bastion barat laut. Bastion barat laut disebut Buluwara Agung. Di bastion inilah pernah ditempatkan sebuah meriam paling dahsyat yang dimiliki orang Indonesia. Namanya Meriam Anak Makassar. Bobotnya mencapai 9.500 kg, dengan panjang 6 meter, dan diameter 4,14 cm

Bentuk benteng ini pun belum diketahui secara persis meski upaya ekskavasi terus dilakukan. Tetapi menurut peta yang tersimpan di Museum Makassar, bentuk benteng ini adalah segi empat. Benteng Somba Opu sekarang ini berada di dalam kompleks Miniatur Budaya Sulawesi Selatan.

Gowa Discovery Park diperkirakan akan selesai 2012, dengan luas 17 hektar. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi didampingi Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo melakukan peletakan batu pertama Gowa Discovery Park yang dilanjutkan dengan penanaman pohon.

Hasil pengkajian tim zonasi Benteng Somba Opu menyarankan, water boom, yang menjadi bagian dari proyek Gowa Discovery Park, dipindahkan dari area situs. Alasannya, sarana rekreasi itu berada di zona penyangga cagar budaya peninggalan Kerajaan Gowa. “Sebenarnya kami tidak mau tahu dengan GDP (Gowa Discovery Park). Tapi berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, water boom harus pindah,” kata Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar Muhammad Said kepada Tempo, Sabtu lalu.

Pada 15 Januari lalu, tim zonasi telah selesai memetakan kawasan situs. Hasilnya, kata Said, ditetapkan empat zona, yakni zona inti berupa struktur benteng yang sedang dibangun taman burung, kemudian zona penyangga, yang merupakan lokasi water boom, berikutnya zona pengembangan berupa lahan kosong serta zona penunjang, yang terdiri atas permukiman dan kebun warga. Hasil pemetaan ini mash menunggu tindak lanjut.

Sayang ya, taman bermain seperti itu sih sudah banyak di mana-mana, tapi benteng peninggalan  kesultanan kan tidak banyak.  Kalau ingin bermain air  terjun seperti waterboom itu datang saja ke air terjun  Bantimurung yang indah, alami lagi.

Mari kita ikuti terus update perkembangan pembangunan area rekreasi ini di save benteng somba opu.

 

 

60 respons untuk ‘Benteng Somba Opu

  1. Ikkyu_san berkata:

    wah sayang sekali ya.
    saya cuma tahunya jalan somba opu di kota makassarnya sih.
    Sebaiknya bangunan bersejarah dilestarikan, tapi pemerintah kita mana ada sih yang mau mikirin sejarah? Maunya duit mulu

    EM

    • Ikkyu_san berkata:

      Mbaaaaaaaaaaaak ternyata…. aku sudah pernah ke sana mbak. Barusan ketemu fotonya! sekitar th 1998. Soalnya fotonya di tempat adikku, baru liat lagi 😀
      senangnya aku \:d/

      EM

      • monda berkata:

        Mana mbak, upload dong pengen liat nih. Aku ikut senang, ternyata udah ke sana ya mbak, pengen juga sebenarnya liat, mana tau bisa ketemu artefak he..he..

  2. Prima berkata:

    Luar biasa.. luar biasa dangkalnya…

    Ckckckckckc… malu kalo liat orang luar obok2 cari warisan budaya kita, orang dalam malah maen gusur…

  3. indobrad berkata:

    begitulah kalau kepentingan komersial dan penguasa sudah bergandengan tangan. semoga perjuangan masyarakat Makassar dalam mempertahankan kelestarian BSO dapat membuahkan hasil.

    dan salam kenal ya mbak Monda 😀

Tinggalkan Balasan ke septarius Batalkan balasan