Model Praktikum Yang Tak Bisa Dikelabui

Sewaktu masih kuliah ke sana kemari membawa model adalah hal biasa,  tentu saja yang dibawa bukanlah foto model yang kutilang, kurus tinggi langsing.

Model yang kubawa adalah model gigi. Model ada yang terbuat dari  lilin yang harus diukir sendiri atau juga model gigi dari bahan gips. Untuk mahasiswa tahun pertama mengukir model ini butuh kesabaran tingkat tinggi, karena semua harus sesuai dengan skala dan bentuk gigi asli.  Cara mengukir itu juga harus hati-hati, karena kalau terlalu banyak memotong berarti harus menambah lagi, kalau model lilin  bisa ditambahkan cairan lilin, tapi kalau model gips harus diulang dari awal. Tentu saja pada tahun pertama praktikum ini yang paling  kurasakan  sulit dibandingkan dengan  praktikum lainnya.

Di semester berikutnya, praktikum  berbeda lagi. Kali ini praktikum untuk belajar menambal gigi.

Untuk praktikum ini mahasiswa harus  menyediakan gigi-gigi asli satu rahang lengkap, yang masih utuh. Gigi ditanam dengan gips dalam plat berbentuk lengkung gigi. Plat ini kemudian disekrupkan pada phantom yang berupa model kepala, sehingga ada bagian yang menyerupai rahang atas dan rahang bawah yang bisa digerakkan. Bagian depannya ditutupi lembaran karet sehingga phantom menyerupai keadaan manusia.

Pertama kalinya belajar membor gigi cukup sulit. Cara memegang bur dan kaca mulut harus pas. Untuk  gigi-gigi rahang bawah lebih gampang, karena kita bisa langsung melihat daerah yang akan kita kerjakan.

Bagaimana belajar menambal gigi-gigi rahang atas?.  Mahasiswa harus membiasakan melihat bayangan gigi di kaca mulut. Terus terang saja, pada awalnya hal ini sangat sulit, karena luas pandangan terbatas dan harus pas posisi memegang kaca mulut agar bayangan gigi terlihat jelas.  karena baru belajar pegangan pada  kaca mulut sering terlepas, dan kaca meluncur jatuh.

Karena masih tak terbiasa, tentu saja hal itu memperlambat kerja. Bila sudah kepepet waktu, yang artinya jam praktikum sudah hampir habis, kami tak kehilangan akal. Begitu dosen tak melihat, phantom dipreteli, mulutnya dibuka, baut plat lengkung gigi dilepaskan, rahang dibalik. Rahang atas diletakkan di bagian bawah supaya jelas terlihat.

Mula-mula sih aman saja.  Tetapi karena keasyikan bekerja, tak disadari dosen sudah di belakang. Tentu saja beliau sudah sangat paham membedakan gigi-gigi rahang atas dan bawah, dan bisa langsung melihat kelakuan mahasiswanya.

“Bagaimana nanti kamu bisa kerja  pasien? Pasien kamu suruh jungkir balik? Biasakan memakai model seperti di dalam mulut .”

Artikel ini diikut sertakan di ASKAT, 15 Juni di New BLog Camp

50 respons untuk ‘Model Praktikum Yang Tak Bisa Dikelabui

  1. edratna berkata:

    Saya sepakat dengan EM..ada dokter gigi yang sabar banget…pasien nya membeludak, entah kenapa kalau berurusan dengan mbak dokter gigi ini kita tak merasa takut, waktu tahu-tahu berlalu.

  2. Ikkyu_san berkata:

    Gen dan aku pernah berdiskusi soal dokter gigi. Kami berdua sepakat bahwa dokter gigi itu selain ilmu menyembuhkannya, mereka juga merupakan “tukang seniman” yang memakai skill. Ada dokter gigi yang hasilnya benar-benar haluuuus banget deh. Bagaikan Michelangelo menjadi dokter gigi 😀

    EM

  3. mama-nya Kinan berkata:

    Seru baca model yang ada disini..:)
    suka duka kuliah di FKG yah mbak..saya tak mau kalo diajak kawan saya FKG untuk jadi pasiennya…biarpun cuman untuk bersihin karang gigi..ngeri…nanti tambah trauma ke dokter gigi saya…
    🙂

  4. Blog Keluarga Kesehatan berkata:

    Karena masih tak terbiasa, tentu saja hal itu memperlambat kerja. Bila sudah kepepet waktu, yang artinya jam praktikum sudah hampir habis, kami tak kehilangan akal. Begitu dosen tak melihat, phantom dipreteli, mulutnya dibuka, baut plat lengkung gigi dilepaskan, rahang dibalik. Rahang atas diletakkan di bagian bawah supaya jelas terlihat.

    “Bagaimana nanti kamu bisa kerja pasien? Pasien kamu suruh jungkir balik? Biasakan memakai model seperti di dalam mulut .”

    Gak kebayang kak, kalo modelnya orang beneran, hehehe…. bener kata dosennya…

  5. rayafr berkata:

    harus sabar ya mba menjadi dokter gigi… 🙂

    waktu di Bandung suka di ajak kalau ada seminar IDGI sama teman bareng dengan kang Kosterman Usri

    Bantuin bagikan makalah seminar dan dagang buku-buku kedokteran juga 🙂 karena kerja libur

    Apakah aku pernah bertemu mba Monda ngga yah ?

  6. arman berkata:

    hahaha rahangnya dibalik biar lebih gampang ya… 😀

    btw kan selama praktek gitu pake model ya bu… pengalaman pertama kali beneran ngebor gigi orang gimana tuh bu? serem gak bu?

  7. bangau putih berkata:

    klo ga sdkit nakal wktu jdi mahasiswa,
    ga asyik yah mba. hehe
    tmn2 di FKG jg sring ngluh krn susah bgt,
    aplg klo nyari pasien. hehe
    salam dan sukses mba

  8. bundadontworry berkata:

    hehehhee….begitu ketauan pak dosen, pasti jantungnya deg deg plas ya Mbak Monda .
    akh, demikian sulitnya ternyata utk menjadi seorang dokter gigi 😦
    belum lagi ketika sudah praktek, harus sabar kalau pasien nya penakut 🙂

    semoga sukses ya Mbak Monda diacara ASKAT ini
    salam

  9. BunDit berkata:

    Hahaha kalau kuliah di FKG memang begitu ya bun. jadi inget dulu waktu kuliah pernah nganter temen yg mau cabut gigi ke FKG. Saya mah agak ngeri kalau menyerahkan nasib gigi saya ke mahasiswi FKG hehehe. Tapi temen saya berani. Dan bener, ber-jam2 mahasiswi gagal mencabut gigi temen saya. sampa saya yang liat ikut keringetan. Untung pak dosen turun tangan deh 😀

  10. Aubergine berkata:

    jiahahah… tau banget tuh rasanya. tiba2 sidosen dah ada dibelakang aja. mirip monster di film2 thriller.
    btw kutilang, mantep istilahnya …

  11. yuni cute berkata:

    Oh.. jadii.. gigi yang di ruangan dokter itu terbuat dari lilin ya Mbak? kirain gigi beneran yang di protolin satu-satu… 😛
    tapi kok giginya gudhe banget….

  12. Lyliana Thia berkata:

    Hahaha.. Ketauan yah Mba Monda…
    Klo mau manipulasi mbok ya jgn di ruang praktikum… Hehehe…
    *ups*

    Baca ini jd senyum2 sendiri.. Inget betapa “nakal”nya dlu mengelabui dosen.. Hehehe…

    • monda berkata:

      mbak Irma, thanks ya….

      hi..hi… kalau waktu itu udah ngetop lagu ini, pasti dosennya langsung nyanyi
      “oh.. oh… kamu ketahuan…… hi..hii..

Tinggalkan Balasan ke indahjuli Batalkan balasan