Tour de Ranah Minang : Wisata Kuliner

Peringatan keras , artikel ini disisipi banyak foto makanan, dan admin tak bermaksud membatalkan puasa anda, bila merasa tak tahan godaan, harap kembali setelah shalat magrib. he..he… Posting ini sengaja didahulukan  supaya terbit sebelum puasa …

Jalan-jalan ke Minangkabau pastilah tak lepas dari wisata kuliner. Makanan dari daerah ini yang telah terkenal sejagat raya harus dicoba di tempat asalnya. Jadi, inilah yang telah kami santap selama Tour de Ranah Minang.

Hari 1,

Rencana hendak makan siang nasi kapau di Bukittinggi  pada hari pertama Tour de Ranah Minang gagal, karena keberangkatan ditunda 1 jam. Saat jam makan siang kami masih berada di sekitar bandara. Akhirnya, kami makan siang tak jauh dari bandara internasional Minangkabau, makanan masih standar seperti restoran Padang di banyak tempat, belum nendang.

Untuk makan malamnya, kami mencoba sate danguang-danguang di Bukittinggi. Sate ini mirip dengan sate Padang, begitu kita di luar Minang menyebutnya, tapi yang ini berasal dari Payakumbuh. Perbedaan terletak pada bumbu kuah satenya.

Hari 2, 12 juli

Sarapan hari pertama aku dan anak-anak masih mencoba fasilitas hotel, tetapi rasa makanannya kurang memuaskan. Sedangkan si papa yang jarang mau makanan hotel mencoba sarapan di kampung cino, berupa lontong sayur nangka.

Petualangan kuliner dimulai pada saat makan siang. Sesudah kunjungan ke danau kembar, eMak LJ menyebut di kawasan ini ada makanan yang pernah diliput oleh Pak Bondan Winarno mak nyus, namanya dendeng baracik. Tapi, karena ketiduran letak rumah makan ini tak jelas di mana. Sekilas aku memang membaca ada plang nama dendeng baracik ini. Maka, mata memandang terus ke arah kanan jalan. Akhirnya, dapat ditemukan rumah makan Hj. Emi, di jalan lintas Sumatera Aro Talang.

Dendengnya diiris-iris tipis, sangat garing ditambah irisan bawang, cabai merah dan tomat disiram perasan jeruk nipis, nikmat sekali, makanpun jadi tambah berulang-ulang. Rasanya segar asam sedikit pedas. (Foto  : Adel Ilyas)

Makan malam, atas saran eMak kami memilih martabak Kubang di jalan Sudirman Bukittinggi. Si emak ini setiap makan malam tak mau ikut. Martabak ini adalah martabak telur dengan isi daging kari ditambah kuahnya. Lezaaaat. Tapi, anak-anak masih merasa kurang dan minta tambahan burger KFC, he..he….. Sewaktu makan martabak ini, tiba-tiba ingat, Arman daddynya  Andrew dan Emma yang suka sekali martabak telur. Berhasil nggak Man, dibawakan martabak telur dari Jakarta?

Hari 3

Sarapan di hari ketiga ini kami meminta saran dari uda Anto, supir mobil sewaan. Dia membawa kami ke wilayah bernama Jambu Aia untuk makan nasi sup daging sapi. Tempatnya kecil, warung makan standar seperti warteg. Tetapi yang datang, tak putus-putus. Sajiannya nasi sup dan pergedel yang sama nikmatnya. Selain itu ada sajian bubur sambal, yang terbuat dari bubur beras yang sudah mengental dan berkuah gulai sayuran seperti buncis, atau nangka. Sama dengan ketupat sayur pada umumnya, hanya tak pakai ketupat.

Saking nikmatnya, keesokan harinya kami sarapan di sini lagi. Di sini pula untuk pertama kalinya kucoba teh talua atau teh telur, cuma cicip dari gelasnya si papa. Rasanya manis, nikmat, seperti rasa teh tarik tak ada rasa amis telurnya kok …

Makan siang tercapai juga mencoba nasi kapau uni Er di los lambuang di  pasar ateh Bukittinggi  yang sering diceritakan itu.  Ketiga orang dewasa sangat menikmati makan di sini, tapi anak-anak rupanya tak tahan pedas, dan tak menghabiskan makanannya. Akhirnya mama jadi team sapu bersih, he…he…, sempat pula mencicipi cindua langkok seperti pernah diceritakan di Ladang Jiwa. Oh ya di Maninjau sempat mencicipi pensi,  kerang kecil dari danau yang direbus berbumbu.

20120719-221113.jpg

Hari 4,

Di hari ke empat ini kami mencicipi dendeng batokok di Muara Kalaban, Sawahlunto atas rekomendasi uda Anto. Dendeng ini garing dan dikuahi minyak kelapa. Alamak nikmat kali lah itu. (Foto : Adel Ilyas)

Hari 5,

Hari ke lima sempat sarapan mencicipi katupek pical di los lambuang , sayang kurang nendang.  Setelah eMak datang ke hotel, kami diajak ke pasar Ateh lagi makan di tempat uni  Meri. Rindu bubur kampiun dan ketupat gulai pakis  terbayarkan sudah , sempat  pun  mencicipi  sala lauak, mirip   combro tetapi berisi ikan dilumatkan, makanan  ini khas dari Pariaman.  Rasanya gurih …

20120719-221409.jpg

Dan , jangan lupa setiap hari makan duren he..he…, tidak banyak,  sekali makan cuma dua atau tiga buah untuk 5 orang, tetapi rasanya berbeda-beda. Paling mantap makan duren di hari ketiga, sebelum mencapai kota Talawi,Sawahlunto. Durennya  matang jatuhan dari pohon yang agak pahit manis dan aromanya harum, ditambah lagi servis memuaskan dari sang penjual. Mantaplah, membuat lapeh salero melihat durian yang dijual sepanjang jalan. (  Foto : Adel Ilyas)

Tagigik lidah talapeh kecek

Tasinggung hati nan alun ta ubek

Lah banyak salah nan lah tabuek’

Khilaf nan lamo usah diingek

Salah nan baru janlah diupek

Dek bulan Ramadhan alah dakek

Barikan maaf walau saketek

Maaf lahir batin

(pantun ini hasil nyontek sms dari uda Anto untuk si papa …, terjemahannya  nunggu emak LJ saja ya, biarpun aku ngerti, tapi lebih pas beliaulah yang menerjemahkan) 😀

Sebagai tambahan pelengkap mengenai aneka dendeng di Minangkabau, lanjut ke Ladang Jiwa ya

79 respons untuk ‘Tour de Ranah Minang : Wisata Kuliner

  1. ded berkata:

    Dendeng baraciknya memang sangat menggiurkan, kalau dendeng batokok di Muarokalaban saya pernah makan di sana dua kali Mb.
    Ondeh mandeee, nasi sup daging sapi di Jambu Aia itu bikin ngilerrr… 🙂

  2. bintangtimur berkata:

    Mbaaaak…saya baca posting ini setelah puasa, pas tengah hari pula, gimana dong?
    Tentang sup daging yang mbak Monda tulis ini, masih saya simpan catatannya sampai sekarang…saya sampe lupa dapet alamat itu dimana, tapi yang pasti, konon warung sup itu memang top markotop banget 😀

    • monda berkata:

      hi..hi..maaf yambak …nggak n\bikin ngiler kan…?
      wah, ternyata sup daging itu terkenal ya…., sayang warungnya tak punya papan nama, jadi agak susah kasih petunjuk ya….

      mbak Irma sudah pernah tinggal di Bukittinggi kah?

  3. mama-nya Kinan berkata:

    Masyallah bunda..itu durian gede banget yakkkkkkkkk..heuhuehuahau….
    ini lagi puasa di scroll cepet cepet pas gambar makananya takut kemecerrrrrrrrr..puasa puasa..aduh masih lama nieh magribnya hehehe..
    selamat berpuasa juga bun mohon maaf lahir batin..:)

  4. jarwadi berkata:

    sekaligus pengen banget mencicipi masakan padang yang bukan rumah makan rumah makan padang di jawa 🙂

    • monda berkata:

      nama tempatnya Padang Gantiang ya….mantap durennya Fit…
      maaf ya …mobil beraroma nafas duren he..he..he…,tapi nggak dibawain buatmu karena si kakak nggak doyan duren..
      selama kita makan duren..dia juga cuma nunggu di mobil

  5. vizon berkata:

    Ampuuunnnn…. Melihat foto-foto dan membaca laporannya, membuat galau stadium akut saya Kak.. Apalagi puasa pertama ini, sendirian pulak di Curup… Semakin sempurnalah penderitaan, hahaha.. 😀

    Ternyata si Bundo itu benar-benar guide wisata kuliner yang handal sangat ya Kak..
    Tau aja beliau tempat-tempat yang yahud..

    *lagi mikir mau pulkam nih, curup-bukittinggi kan gak jauh*
    *tapi ini puasa, mau kuliner di mana?* 😀

    • vizon berkata:

      Kak.. saya tadinya mau nerjemahin pantun di atas. Tapi, setelah jadi, kok aneh gitu? Gak ada rasanya, haha… Ya udah, biarkan sajalah dia menjadi pantun berbahasa Minang seperti itu, yang penting kita tahu maksudnya..

      Selamat berpuasa juga ya Kak..
      Maafkan atas segala kesalahan dan kekhilafan.. 🙂

  6. chocoVanilla berkata:

    Onde mande, duriannyo gede bana… (eh, maap kalo salah hihihiihihi….. :mrgreen: ) Pasti lazzat.. Jadi makin ingin ke sana, BuMon. Biar kekasihku orang Minang, tak sekalipun aku pernah ke sana. Lha mertua di sini 😀

    Selamat menjalankan ibadah puasa, BuMon, maafkan lahir batin yaaa…. 🙂

    • monda berkata:

      maaf lahir batin juga mbak…

      gede itu gadang kalik ya…
      iya duren sana itu bikin kalap, murah2 dibandingin Jakarta,
      35 ribu perak dapat 2 yang gede2 itu mbak … dan matang pohon pulak …
      mantap…

  7. Arman berkata:

    misi menyelundupkan martabak telor dari jakarta ke LA berhasil bu!!!
    martabak telornya dibungkus kain item trus dibungkus kertas kado ama mama saya. jadi disangka kado kayaknya ama petugas imigrasinya. huahahaha.

    • monda berkata:

      berhasil …berhasil …. horeee… , sesuatu banget ya Man, bisa makan makanan yang dipengenin

      wah… oma Andrew jago banget …bisa cari siasat buat ngecoh bule2 itu ya…
      puas dong ya Man…, sudah diceritain ya…, aku kelewat dong, abisnya agak lama nggak bisa bw nih….

  8. Nh Her berkata:

    Akhirnya …
    sampai juga di Los Lambuang tu …

    Ini kalau tidak salah tempat favoritnya Uda Vizon kalo lagi pulang kampuang …

    Selamat Berpuasa Kak

    Salam saya

    • monda berkata:

      iya los lambuang itu kesukaannya uda, bunda Ly dan Inon…
      ditunjukin juga tempat uda makan itik…., tapi sore itu sudah tutup

      selamat berpuasa ya oom

      • vizon berkata:

        Om Nh benar sekali.. Itu Los Lambung favorit saya.. Dan di sanalah saya pertama kali kopdar dengan si bundo… 🙂

        Sayang ya Kak, gak bisa menikmati gulai itik..
        Tapi, biasanya dalam berkunjung ke sebuah daerah, musti ada yang ketinggalan, sehingga bisa menjadi semacam “pemanggil” untuk datang kembali. Termasuk tidak jadi menikmati gulai itiak lado ijau itu..

        *ngomongin makanan sembari puasa ternyata maknyus juga yaa* 😀

  9. niqué berkata:

    untung besok puasanya, jadi gak papa deh pake ngeces2 liat gambar2 di atas
    tiap hari makan durian? mau sih …
    hmm kuat gitu mak LJ gak makan di depan orang2 yg melahap makanan?
    saya sih gak bakal sanggup deh xixixi
    dengan begini maka liburan ke sumatera barat naik peringkat hihihi

    *berburu tiket murah*

    • LJ berkata:

      serius nehh..? klo iya sebaiknya rombongan berjumlah agak banyak Nique.. sekitar 4-5 orang agar biaya perjalanan bisa lebih murah.. dan mohon agar minimal 4 hari.. biar bisa jalan ke banyak tempat.

      • Evi berkata:

        Berhubung ibuku sudah di jakarta, dimana kesempatan pulang kampung sudah langka, kapan2 Mbak Nique ke bukik, aku mau dong ikut hehehe..

          • LJ berkata:

            yeahh, begitulah caranya menghindari makan malam.. setelah para peserta tour turun di tempat martabak, eMaknya minta pulang duluan, drpd nahan perasaan lihat yg melahap martabak.. 😛

            #kalo siang, buasnya setara.. kami berdua makan lebih banyak dr supir..!

        • vizon berkata:

          Uni Evi, kalau pada mau ke Bukit, saya ikutan ya..
          Biar bisa pulang basamo kita, haha.. 😀
          Kayaknya durian Kamang lebih maknyus deh..

  10. usagi berkata:

    laparrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr,,,
    inon juga kalau kepadang makan muluuuu
    dan semakin genduttttt
    tambumsu,,, itu enakkkkkkkkk,,,

      • monda berkata:

        nyesel …. nggak minta tambunsu lauk utamanya ….
        abisnya ..ngeriii….. kok gede banget…, tapi bunda kebagian nyicip juga yang potongan, ditambah satu potong lagi ambil dari piring adek …he…he…

        • bundadontworry berkata:

          jangaaaaaaaaaaaaan BuMon…jangan makan tambusu…………serrrreeemmm, pokoknya horor banget …… 😦
          makan ikan aja….enak dan gurih ……… hehehe……..

          jadi pingin ke Ni Er lagi …………….ngileeerrrr
          (BuMon n eMak ,tanggung jawab lho ya, bikin mamih ngiler sampai ngences netes netes ginih…hedeh) 😦
          salam

          NB :
          beugh…si duren ituh kenapa ya ada mulu….hoeks…….. 👿

  11. LJ berkata:

    heleehhhhh.. Uda Anto sms-an sama Om abang kebayanglah pantun2 yg melayang anatara mereka berdua..

    itu durian kata da Anto spt kuciang lalok.. bikin kakak-ku jadi buas gitu dah.

    ralat: sala lauak dari pariaman kak..
    serius harus datang sekali lagi untuk ulik2 kampung dan kuliner daerah pesisir (pariaman dan painan)

  12. Evi berkata:

    Glekk..Mbak Mon, untung aku belum puasa hari ini..Waduh tambah kangen kampung halaman ini. Jalan-jalannya seru banget nih Mbak..Dalam waktu beberapa hari saja, tersapu daerah Minang pedalaman 🙂

Tinggalkan Balasan ke monda Batalkan balasan