Di reuni sekolah kami yang bertempat di gedung sekolah SMP yang lama di Kota Minyak Kalimantan Timur kami bertemu denga para guru yang pernah mendidik kami dahulu. Mantan murid maju satu persatu ke depan untuk mengenalkan dirinya kembali, agar para guru bisa mengingat kami yang penampilannya sudah tak beseragam putih biru lagi.
Tak disangka setelah mantan Kepala Sekolah dan para guru sedikit bercerita kenangan tentang kami, salah seorang guru, ibu Sri menyampaikan petuahnya dengan cara lain. Beliau membacakan puisi karya Asrul Sani untuk kami, berjudul Surat Dari Ibu.
Tak terasa tetesan air mata mengalir di pipi kami, merasakan kasih sayang guru kepada murid-muridnya. Isak tangis mulai terdengar, tisue dikeluarkan untuk menyeka air mata.
SURAT DARI IBU
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”
Aku yang tidak mengenal banyak puisipun terlarut dengan kalimat-kalimat indah ini. Sajak ini rasanya menggambarkan doa seorang ibu agar anak kuat berjuang dan mencapai cita-citanya tanpa melupakan asal-usulnya seperti si Malin Kundang.
Sejak itu aku mencari puisi ini dan menyesali mengapa waktu itu tak bertanya langsung kepada bu guru, karena kami semua langsung larut dalam pelukan. Keharuan membuatku tak dapat mengingat judul puisi, hanya pengarangnya yang kuingat. Alhamdulillah suatu kali membaca potongan puisi ini di tempat ummurizka, dan dari beliaulah kudapatkan puisi lengkapnya. Terima kasih ya mbak.
wah,waktu itu aku perna ikut lomba puisi tentang”surat dari ibu”tingkat kabupaten,situ ku juara 1 umum,di kota dlk sanggul,sumut
wah anonymous aku mau lomba nihh, doakan aku juga juara satu yahhh
huf. menyentuh kali. 🙂
amzing sangat menyentuh
Menyentuh sekali puisi itu. Begitulah rupanya harapan ibu.
aku dulu sempet baca deh karya2nya kak tapi sekarang asli lupaaaa
kk malah jaraaang, he..he..
Puisi ini indah, Kak.
Teringat deh kalau sekarang anakku sudah makin besar dan sudah sibuk dengan dunianya sndiri juga.
Indah banget Mba Monda puisinya. Terharu juga bacanya. Maturnuwun mba… 🙂
Reuni selalu menyentuh hati
Puisi yg indah bu… 🙂
apaaa sihh maknaa yg terkandung dalam puisi tersbtt,,,,
bagaimana cara membaca puisi ‘surat dari ibu’ dengan nada yang indah dan sesuai?
Bagus,mnghapal nYa juga sgt mudah
arti setiap katanya apa ?
di cari aja
Mungkin artinya itu nasehat ibu..
saat pagi hari, anak diperbolehkan pergi keluar rumah,, jika sudah malam, harus pulang
itu puisinya tentang seorang anak yang pergi merantau ….
Asrul Sani saya tahu, tapi puisinya saya baru tahu kali ini.. wah saya benar-benar tertinggal nih tante soal dunia puisi.. 🙂
wah saya banget
hehehe 🙂
ndak bisa buka blog spot..
tapi wordpress bisa
Saleum,
Aku pun sempat termangu baca puisi tersebut… merseap ke hati.
Puisi yg sangat indah ya
Mbak, puisi itu menyentuh sekali. Kata-katanya bisa seperti merasuk ke dalam hati. Penulisnya keren sekali 🙂
indah dan menggetarkan ya,
orang yg awam saja sepertiku ini sungguh terpesona
Puisi yang bagus banget ya, Mba..
Jaman dulu mbacanya nggak ada perasaan gimaaa gitu. Kalo sekarang rasanya nyesek 😦
mungkin karena sudah bisa lebih menghayati ya mbak..
Saya jadi mulai tertarik puisi Mbak…
Saya bukan penggemar puisi, tapi untuk puisi tertentu saya kagum luar biasa
Makasih sharing puisinya
saya juga hanya tau beberapa puisi,,
karena dulu pernah sangat berkesan,
satu lagi puisi yang pernah saya masukkan di Kisahku ” Beri Daku Sumba ” karya Taufik Ismail, ada di sini pak
https://mondasiregar.wordpress.com/2011/02/11/rinduku-pada-sumba/
he..he.. lupa, ternyata pak Mars sudah pernah komen di Beri Daku Sumba
Wah.. waktu SMP pusi ini pernah jadi puisi wajib lomba baca puisi di kotaku. Waktu itu membacanya dengan pemahaman sebagai seorang anak..
Dan membacanya sekarang, ketika telah menjadi seorang ibu, rasanya memberi makna yang berbeda lagi..
Thanks Mbak Monda
dan saya pun teringat akan ibu di kampung, 😦
Waktu SMP rasanya Orin pernah disuruh membacakan puisi ini di depan kelas Bun, dan emang hampir nangis..
Orin pintar banget baca puisi, menghayati banget ya.,, mengharukan memang ya
..
saya baru pertama ini baca Bu Monda, tapi sudah langsung suka..
sangat menyentuh, banyak pesan dan penuh makna…
salam..
..
indah puisinya ya, karya orang besar sih ya
Monda, ini reuni sD, SMP, atau SMA? gak ketemu sudah berapa lama? pasti mengharukan selai :’)
Reuni smp, udah 20 tahun lebih nggak ketemu
Pertama kali baca puisi ini di pelajaran Bahasa Indonesia di SMP, kak…bagus banget memang ya..
Reuninya penuh makna dengan kehadiran puisi keren itu ya bunda 🙂
saya terharu baca puisi itu, apalagi kalau sampai dibacakan oleh guru kita 😀
Kejutan yang manis ya teh
Puisinya cantik Mbak Mon, Asrul Sani is the best..Seorang lelaki bisa mengungkap cinta yg dalam dari seorang ibu, dan emosinya tune up pula, menurutku jenius!
iya ni, sudut pandangnya itu ibu ya, unik,
bukan ayah sesuai penulisnya
mbaaaaa…
setelah sekarang punya anak…
jadi lebih bisa memahami puisi itu…
Jadi lebih bisa pula memahami perasaan mama ku…
Ternyata jadi ibu dan harus perlahan lahan melihat anaknya semakin besar itu gak mudah ya mbaaa…*sedikit sakit hati ketika Kayla pulang sekolah langsung pengen pergi main…sedangkan aku masih kangen dan masih pengen cerita cerita…hiks*
he..,he..,iya Ry., apalagi semakin besar makin anak pengen punya waktu main sama teman ya, waktu dgn ortu makin berkurang
mendadak saya jadi smp membaca asrul sani surat dari ibu 🙂