Jembatan Siti Nurbaya

IMG_6548

Gara-gara kemarin cari foto untuk posting foto bertema   oranye,  ketemu foto kursi plastik yang juga  oranye,  berlokasi di Jembatan Siti Nurbaya, Padang. Jadi ingat masih ada sisa cerita perjalanan di Sumatera Barat, Januari lalu.

Ke Padang hanya sebentar  karena   paginya  sudah mampir di Istano Baso  Pagaruyung di Batusangkar, yang jaraknya cukup jauh, sehingga sampai di ibukota Sumatera Barat ini sudah menjelang senja. Kami diajak oleh tuan rumah menikmati suasana sore di sebuah jembatan yang diberi nama Jembatan Siti Nurbaya. Saat senja hingga malam hari lokasi ini jadi tempat nongkrong warga. Di sini disediakan lokasi untuk pkl (pedagang kaki lima). Orang senang duduk di trotoar ini memandangi ke arah  Batang Arau. Di sungai ini banyak terparkir perahu kayu dan speed boat  yang biasanya digunakan nelayan  dan wisatawan  untuk menyeberang ke pulau-pulau lokasi diving dan surving.

IMG_6541

Jembatan ini dinamai menurut tokoh rekaan karya Marah Rusli yang bukunya menjadi salah satu roman  sastra Indonesia yang sangat terkenal  pada  awal abad 20. Gadis Siti Nurbaya yang akhirnya menyerah pada adat kawin paksa menjadi begitu legendaris. Akibatnya banyak warga yang sampai percaya makamnya ada di Bukit Gunung Padang. Jembatan yang menghubungkan Kota Padang dan Bukit Gunung Padang karena dibelah sungai bernama Batang Arau akhirnya pun dinamakan Jembatan Siti Nurbaya. Sayangnya aku tak pandai memotret jejeran lampunya yang cantik.  Tiang-tiang lampu ini  konfigurasinya melengkung seperti bagonjong (atap rumah Minangkabau).

IMG_6542

 

IMG_6551

Jembatan Siti Nurbaya ini berada di daerah  kota tua  dan  pecinan di Padang.  Aku baru tau lho di Padang ada wilayah seperti ini. Sebagai penikmat wisata kota tua mau banget rasanya jalan-jalan santai di situ, meskipun kota tuanya belum secantik Sawahlunto.  Aku rasa akan sangat bagus kalau daerah ini ditata, penikmat wisata kota tua kan lumayan banyak juga jumlahnya.  Gedung yang sempat kufoto hanya gedung kantor Bank Indonesia, difoto dari atas Jembatan Siti Nurbaya.

Kami, aku dan  4 rekan blogger ikut berbaur bersama masyarakat  di tepian jembatan   makan jagung bakar dan martabak. Aku, Inon dan Titik jadi modelnya adik-adik blogger Bukittinggi. Fariz dan sepupunya Inon langsung eksperimen dengan kamera DSLR punya emak LJ, sementara sang pemilik kamera dan suaminya pergi sebentar .meninggalkan kami menikmati suasana senja.

35 respons untuk ‘Jembatan Siti Nurbaya

  1. bintangtimur berkata:

    Makan jagung bakar dan martabak…duh, pengen banget, mbaaaaak!
    sampai sekarang martabak buatan orang Minang itu rasanya memang beda, apalagi satenya, wah, wah…betul-betul menggoda selera…
    😀

  2. ded berkata:

    Ketika kecil dulu, saya harus menggunakan sampan untuk menyeberangi gunung padang dan olah raga pagi menuju batu si malin kundang di pantai air manis.

    Waktu itu Jembatan Siti Nurbaya belum ada 😦

  3. duniaely berkata:

    Ternyata boleh ya mbak duduk di sana di atas jembatannya, aku juga mau dong, bakalan motret banyak pemandangan di sekitarnya *ngayal* 🙂

    • MS berkata:

      wah..kalau Ely yang moto pasti jembatan Siti Nurbaya bakal terlihat indah banget …
      kapal2 kecil disitu menarik lho, aku cuma berbekal hp jadi motonya juga terbatas, juga aktivitas orang2 di sekitarnya bakal jadi foto menarik

  4. Beby berkata:

    Haaaa.. Kangen Jembatan Siti Nurbayaaa.. 😥
    Iss mesti la maen ke sana lagi Kak, uda lama ngga pulang kampung aku. Heheh..

  5. jampang berkata:

    jembatan itu kalau siang sepiiiii… kalau malam, ruameee

    tapi kok itu udah ada bangkunya yah, padahal masih terang… apa itu menjelang sore, bund?

    • MS berkata:

      nama Datuk Maringgih.. konotasinya negatif ya.., agak janggal ya kalau dipake..
      pacarnya Siti si Syamsul Bahri

    • MS berkata:

      untungnya lalu lintasnya nggak padat mbak…., jadinya bisa juga duduk2 santai dan foto2 di tengah2 jembatan he..he.. kebawa narsis sama adek2 ..

Tinggalkan Balasan ke MS Batalkan balasan