Sebenarnya agak jarang nonton film, maksudnya nonton film ke bioskop gitu. Malas keluar rumahnya, kecuali kalau pas bareng anak-anak. Paling sering nonton film itu ya di TV aja. Dan nonton itu juga biasanya sih nggak bisa sampai hafal dialog atau setting, ingatanku tentang itu hilang begitu saja terbawa angin he..he.. Salut deh sama yang bisa mengingat ditel film. Tapi ada kok perkecualian. Film yang bisa kuingat ditelnya misalnya film Tabula Rasa.
Makanya mengikuti cerita teman-teman yang posting movie challenge selama sebulan itu bikin terengah-engah nggak bisa komentar. Aku lebih banyak nonton film dokumenter. Di posting joeyz14 dan nyonyasepatu aku pernah komentar tentang film dokumenter yang kusuka. Film dokumenter yang sangat berkesan sampai saat ini yaitu The Silk Road dan film biologi kelautan karya Jacques Cousteau di TVRI dulu. Jadi ingin ikut urun cerita sedikit, makanya ikut pakai judul yang sama, he..he… ujug-ujug sudah hari ke 24 aja.
Film dokumenter The Silk Road itu dulu pernah diputar di RCTI (stasiun ini di awal berdirinya tahun 80-an banyak putar film dokumenter bagus). The Silk Road itu diputar setiap Sabtu atau Minggu siang. Film ini selalu aku dan almarhum papaku tunggu, bahkan kami saling mengingatkan kalau film sudah dimulai. Nonton film dokumenter itu jadi semacam “our time” buat kami. Memang, di antara saudaraku tampaknya aku yang paling banyak punya minat sama dengan beliau (yang menuruni cinta museum dan sejarah dari beliau ya juga cuma aku sendiri saja).
The Silk Road itu produksi dari NHK, Jepang. Film dokumenter ini menapak-tilasi jalur perdagangan darat pada jaman dahulu yang melintasi benua Asia hingga ke barat. Panjang jalur ini lebih kurang 6000 kilometer. Jalur ini mulai ada sejak Sebelum Masehi (206 BC – 220 AD) dan komoditas yang dibawa yaitu salah satunya sutra. Transportasi tentu saja mengandalkan kuda dan unta. Membayangkan kehidupan masa lalu, pastinya mereka yang sanggup menjelajahi Jalur Sutra itu orang-orang yang sangat luar biasa tangguhnya.
Tembok Besar Cina kabarnya pun dibangun untuk melindungi jalur perdagangan ini. Selain perdagangan, Jalur Sutra pun merupakan cara untuk penyebaran agama dan penyakit.
Sumber : Wikipedia
Di Youtube kulihat sudah ada rekamannya, ada 12 episode. Napak tilas melewati daerah Asia Tengah dan Eropa Timur. Daerah yang selama ini jarang tampil di media, melewati jalan sulit dan bertemu budaya dan orang-orang peralihan Timur dan Barat (wanitanya cantik luar biasa hi..hi..) sangatlah mengesankan. Pokoknya menonton film dokumenter ini sangat membuka wawasan deh, serasa ingin ikut berpetualang di sana.
Theme film dokumenter ini diisi oleh Kitaro, salah satu musisi favoritku. Ilustrasi yang indah dan film yang apik komplit deh bikin film ini tak terlupakan.
Kayaknya keren bun filmnya.. Bgw,, aku juga bukan tipe orang pengingat detail loh bun.. Makanya gak pernah inget jalan jakarta… Hahaha..
aku belum pernah nonton. entar lihat di youtube dech.
Saya termasuk jarang nonton film dokumenter, entah kenapa, mungkin karena belum ‘kebetulan’ ketemu yang bagus ya, mbak…bayangan saya tentang film dokumenter itu, pasti aja G30S/PKI…haduuuh 😦
Saya belum pernah nonton film ini kayaknya, mbak…kalo baca tulisan mbak Monda ini kayaknya keren ya, penasaraaaan….
Tentang film, sebenernya saya termasuk hobby nonton juga, tapi sekarang lebih sering lewat TV kabel karena nggak perlu repot ganti baju dan dandan. Hehe, sekali-kali bolehlah ke bioskop kalo ada film yang direkomendasikan, kayak waktu film Annabel beberapa bulan lalu itu, saya nonton berdua Risa di bioskop lo, mbak…sereeeem 😦
Nunggu ada kuota baru bisa nonton, Kak 😀
belum pernah nonton ini..
udah lama banget juga Wind
aku belon pernah nonton kak, entar cek youtube ah
siip.. ceritanya panjaaang..,
kirain ikutan challengenya Mba Monda. Hihihi.
The Silk road emang bagus. Saya juga dulu lihat dan banyak ngangguk-ngangguk. Soalnya waktu diceritain di sekolah pelajaran sejarah sama sekali gak masuk. Huehehehehe
he..he.., bisa aja Dan
Aku juga suka film Tabula Rasa, dr mulai mereka syuting, aku udah ikutin, sempet dpt kaos nya juga *pamer* hahahaha
nah…, cerita mengawal Tabula Rasa ini belum diceritain di blog ya? ditunggu
Termasuk jarang sekali nonton film, Mbak. Untuk film dokumenter tertentu yang ‘gue banget’ beneran rasanya nempel. Apresiasi untuk pekerjaan sutradara yang membuat yang sekelebat itu jadi berefek lama di ingatan pemirsa.
Salam
nah… yg termasuk film gue bangetnya mbak .. apa ya?
Ya …
Theme song “Silk Road itu memang monumental banget …
(om-om fokusnya ke musik … heheh)
salam saya Kak
(8/12 : 14)
setelah saya dengarkan …
ini versinya agak berbeda dengan versi yang sering saya dengar …
mungkin karena ini versi “live”
salam saya lagi Kak
bener oom emang agak beda ya aransemennya..
aku mau pasang yg versi film aslinya, tapi panjang banget
Silk road, saya juga melihatnya bunda. Untuk film dokumenter bagi saya tidak membosankan. Pengennya nonton terus karena mendapatkan pengetahuan lebih
jadi ingat deh …, banyak juga posting di blog ini yg terinspirasi dari dokumenter
banyak hal baru yg kita dpt dari doku ya
Saya termasuk yg selalu ingat apa yg sudah ditonton, nempel saja gitu, pdhl filmnya ngga istimewa2 banget hehe…
teteh termasuk tipe visual ya..
kl aku payah deh .., wajah orang aja gampang lupa .., menyedihkan
Wajah ingat banget tapi menghapal nama…?? Haduuuh menyedihkan edaaa…. paling malu, kalau ada yg tiba2 nyapa nama saya, trs saya masih kebingungan nginget namanya… :((
Saya mungkin lebih parah Kak, suka nonton, tapi lupa judul filmnya, apalagi detailnya, kecuali kalau nontonnya punya cerita tersendiri 🙂
lha sama dong.. mungkin kk jadi inget banget Tabula Rasa itu ya karena filmnya emang gue banget gitu ya
Kalau ada film yg diputer berulang di tv, sy nonton ulang serius di awal, setelah bebepa lama baru nyadar, ini kan udah sering di tonton *hadeh