Buat posting di blog ini tanpa pajang foto-foto itu menurutku nggak lengkap, sok gaya bangret ya, padahal ilmu fotografi nggak punya sama sekali. Rajin foto niatnya masih sekedar untuk pelengkap posting, walau foto-foto di luar sana banyak yang cakep, tapi memang nggak ada waktu buat cari. Foto yang ada bahkan kadang-kadang malah bisa memancing ide posting.
Alat yang kupakai cuma smartphone saja. Iya lho pakai smartphone itu gampang banget buatku, nggak perlu setting, nggak perlu tukar lensa, ringan nggak membebani pundak. Dan yang terpenting adalah siap pakai, kapan saja ada momen bisa langsung jepret. Aku juga termasuk orang yang hampir tak pernah edit foto, hanya cropping, bikin kolase, resize atau dikasih penanda. Kelebihan lainnya foto dari smartphone bisa langsung diunggah ke posting. Aku jarang juga sih duduk depan komputer, pekerjaanku yang menuntut itu, harus langsung berhadapan dengan manusia (belum ada sih ilmu tele-extraction alias cabut gigi jarak jauh he..he…)
Buat foto dengan telepon genggam sekarang jadi punya istilah sendiri, Phoneography atau yang lebih spesifik menyebut merk, Iphoneography. Sering mengambil foto orang lain secara sembunyi membuatku kadang parno. Kalau ada orang lain yang foto aku dalam pakaian dinas naik ojek tanpa helm dan diunggah ke media, aku kan malu he..he.. Jadinya aku harus lebih disiplin di mana pun dong ya.
Ada cerita unik dari perjalananku ke Tarusan Kamang. Aku dan teman-teman blogger mampir ke sebuah rumah bagonjong. Kami diajak masuk ke dalam, minta ijin buat foto rumah dan pemiliknya dan dipajang di blog. Nggak disangka beberapa bulan kemudian ada seorang blogger tak kukenal yang mengaku bahwa si ibu pemilik rumah adalah kerabatnya. Dunia yang kecil sekali ya… Makanya aku sekarang jadi sungkan foto tampak wajah seseorang, menghindari efeknya kemudian hari sih. Toh semua orang punya privasi masing-masing.
Idem mbak….nyelipin foto di postingan. Selalu sulit bercerita runut dalam jalinan kata. Kehati-hatian mbak Monda mengunggah foto wajah sangat terasa koq.
Malah bisa jadi foto yang menjadi bahan posting.
iya dunia kecil emang ya… saya juga pernah posting foto di instagram sama temen gereja, eh ternyata ada blogger yang kenal juga. 🙂
seperti sayur tanpa garam ya bun 🙂
bener mbak Lid, aku nulis terlalu pendek, jadinya digambarin aja biar banyakan dikit he..he.,
Foto memang bisa menjadi satu bahan posting ya. Apalagi kan sesuai dengan pepatah “a picture worths a thousand words” 😛 .
kalau ada yang cocok dengan tema, biasanya pake foto dari koleksi. kalau nggak ada ya cari yang free.
emang, tanpa gambar serasa postingan ada yang kurang 😀
Kalau utk belajar saja, atau tidak untuk diunggah di ranah publik, tapi juga bukan untuk keperluan komersil, gpp keknya kak motret manusia kelihatan wajahnya. Namanya pun belajar 😀
Camera phone memang bikin kita lebih asyik blogging, MM. Jepret-jepret tinggal kasih ilustrasi..jadi deh sebuah posting 🙂
Aku juga serem2 juga sekarang kak, takut yang difoto trus diposting aada yang kenal hehe
Kalau bukan foto artis,
atau keluarga dekat sepertinya memang harus hati2 ya Kak,
Saya juga foto dengan hape, ga bisa ngedit juga.