Pernikahan adalah hal yang normal dalan kehidupan. Pernikahan itu sendiri adalah menyatunya dua orang yang berbeda latar belakang kehidupannya, dua hati, dua perasaan, dua pikiran .
Tujuan pernikahan keluarga muslim adalah membangun keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Sering kan ya kata-kata dalam bahasa Arab Itu kita ucapkan sebagai doa kepada pasangan yang baru saja mengikat janji sehidup semati. Tapi apa sih arti sebenarnya?
Apa arti keluarga sakinah mawaddah wa rahmah?
Kata sakinah diambil dari Al Quran yang mengandung arti tenang, aman, penuh kasih sayang.. Keluarga sakinah artinya adalah keluarga di mana semua anggotanya merasa tenteram, saling kasih mengasihi, dan bahagia. Sedangkan mawaddah artinya cinta dan kasih sayang. Wa Rahmah artinya ampunan, anugrah dari Allah SWT. Jadi secara singkat bisa dikatakan bahwa keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu mempunyai hubungan saling membutuhkan. Suami dan istri mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing yang saling melengkapi. Sepasang lelaki dan perempuan ini secara tulus menjalankan kewajibannya masing-masing karena berdasar keyakinan bahwa hal itu adalah perintah dari Allah SWT.
Oh ya tulisan ini berdasarkan trigger dari karya mak Anis Khoir di website Kumpulan Emak Blogger dengan judul Menyikapi Perbedaan dalam Pernikahan.
Aku setuju dengan pendapat mak Anis bahwa pasangan suami istri harus saling memahami. Keduanya harus menghilangkan sifat individualis, harus bisa membuat saling membutuhkan secara biologis maupun psikologis.
Hanya tentu saja untuk mencapai kesepakatan itu tak mudah. Dua orang yang berbeda tak serta merta bisa klop. Banyak hal yang mempengaruhi hubungan dua mahluk hidup itu. Antara lain cara masing-masing dibesarkan oleh orang tua dan lingkungannya, karakter, adat istiadat dan kemampuan berkomunikasi dan lain-lain.
Menurutku butuh waktu seumur hidup untuk saling menyesuaikan diri. Karena manusia itu gampang berubah. Pribadi saat masih lajang mungkin akan berubah setelah menikah. Pernikahan kami telah menginjak tahun ke 23, tetap saja masih saling belajar mengenal. Saling mendukung kesukaan pasangan pun bisa memaniskan hubungan, Pernah cerita tentang hobi blogging di mata keluarga.
Butuh kerja keras dan keikhlasan serta kesabaran untuk menerima kekurangan pasangan. Cara makan saja bisa bikin illfeel lho. Suara dentingan sendok garpu saja umpamanya bisa menimbulkan percikan tak suka, meletakkan handuk basah bekas dipakai mandi begitu saja di tempat tidur seringkali bisa bikin istri mengernyitkan dahinya.
Nah, bisakah istri menerima kekurangan suami? Sebaliknya maukah suami kompromi dengan hasil masakan ibu rumah tangga baru itu yang belum mampu memasak selezat buatan ibu di rumahnya sendiri? Memutuskan menikahi seseorang itu tentu saja artinya harus siap dengan segala konsekuensinya. Selain harus bisa memahami suami atau istri juga harus mampu berkomunikasi dan bertenggang rasa dengan mertua dan para ipar serta keluarga besarnya.
Bila menemukan ketaksesuaian haruskah dikeluhkan kepada orang lain?
Hati-hati lho membuka jeroan rumah tangga. Takutnya tak bercerita pada orang yang tepat, tetapi malah berkeluh kesah pada orang yang suka “ngompori”. Bahaya nanti api bisa meledak. Hubungan suami istri malah bukannya menjadi baik tetapi bisa seperti api dalam sekam, sedikit demi sedikit membakar. Tak terlihat apinya dan tak disadari bara kecil itu semakin melebar dan sudah berhasil membakar hangus tumpukan sekam. Lalu kalau sudah begini apa yang akan terjadi pada mahligai perkawinan yang suci itu.
Pertengkaran dalam rumah tangga hal wajar. Bahkan kadang-kadang bisa lebih menyelami kebutuhan atau perasaan yang selama ini tertutupi. Sedahsyat apa pun, perbedaan pendapat antar suami istri harus tetap diingat tujuan pernikahan. Bila emosi telah mereda segalanya bisa didiskusikan. Jangan sampai deh ada niat bercerai hanya karena selisih paham.
Jadi yang harus dilakukan supaya pernikahan langgeng, :
- Mau saling memahami karakter masing-masing
- Saling menghargai pendapat masing-masing
- Komunikasi dua arah
- Saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing
- Terbuka dalam urusan keuangan
- Kompromi cara mendidik anak
- Selalu berdiskusi dengan pasangan sebelum memutuskan sesuatu
- Paham bagaimana meredakan emosi marah pasangan
- Saling mendukung kesukaan pasangan
Ada masukan lain dari teman-teman? Boleh dong share di kolom komentar.
Ih setuju banget. Pernikahan memang penyesuaian seumur hidup. Sebab tiap saat, akan ada saja perbedaan yang muncul. Karena sudah saling berkomitmen, ya kita jadinya saling menyesuaikan saja. Selama Perbedaannya bukan hal yang negatif.
suka banget postingan ini bunda… pernikahan itu benar2 butuh kompromi, masih belajar karena usia pernikahan baru seumur jagung.. 🙂
terima kasih ya Cupit..,
iya tak ada dua orang yang persis sama, bahkan anak kembar satu telur aja beda ya..
makanya kompromi harus diutamakan
Saya di fase nomor 6, Mbak. Terus belajar dan berkompromi. Penyesuaian seumur hidup yang wow banget ya. Hehe.
nah iya , kadang cara mendidik anak itu bisa bikin berantem lho
MashaAllah…
Usia pernikahannya bikin kagum, mba.
Semoga Sakinnah ma waddah wa rahmah selalu mengiringi perjalanan hingga bertemu kembali di syurgaNya kelak.
Iyaa, mba…
Suka KZL kalau suami gak bisa naruh handuk di jemuran atau mencet odol dari tengah.
Dan yang uniknya lagi, mba…aku ngalamin masalah makanan.
Suami pulang dengan wajah gembira bawa gulai (kepala) ikan.
Dan ngajak makan bareng (tengah malam).
Akunya gak selera karena dikasih kepala.
Wkkwk…ternyataaa…aku baru tau kalau beliau memberikan apa yang beliau suka.
Akunya salah mengerti.
nah usia pernikahan itu kan karena aku lebih duluan menikah darimu mbak Lendy he.. he..
kebalikan lho mbak,
aku punya pengalaman yang sama dibawakan gulai kepala ikan tengah malam, yang semula nggak doyan sekarang mah doyan banget deh..,
No.8 yg selalu marah aku kak, aku diam aja klo lagi kesel banget.. mogok ngomong, tapi dianya entah merasakan atau pura2 ga ngerti entahlah .. sampai akunya bisa meredakan marahku sendiri haha (hampir 7 thn menikah).
pernikahan beda bangsa seperti kalian ini butuh kompromi yang luar biasa ini Nella..
semoga selalu rukun ya