Judul: Enjoy Capitalism
Penulis: Guskar Suryatmojo
Penerbit: Halaman Moeka Publishing (Jakarta, Oct 2014)
Tebal: vi + 592 halaman
Harga: Rp 68.000 (belum termasuk ongkos kirim) Baca lebih lanjut
Kategori: Enjoying My Life
Day 24 : Your Favorite Documentary – The Silk Road
Sebenarnya agak jarang nonton film, maksudnya nonton film ke bioskop gitu. Malas keluar rumahnya, kecuali kalau pas bareng anak-anak. Paling sering nonton film itu ya di TV aja. Dan nonton itu juga biasanya sih nggak bisa sampai hafal dialog atau setting, ingatanku tentang itu hilang begitu saja terbawa angin he..he.. Salut deh sama yang bisa mengingat ditel film. Tapi ada kok perkecualian. Film yang bisa kuingat ditelnya misalnya film Tabula Rasa.
Blogger Walking
Anak
In My Life
Malam minggu kemarin diisi dengan nostalgia abis, he..he.. gara-gara nonton rekaman A Grammy Tribute to The Beatles. Lagu-lagu lama era orang tuaku yang tetap merdu itu muncul lagi dibawakan artis-artis masa kini. Aransemen lagu sebagian besar tak berubah banyak. Salah satunya In My Life dibawakan penyanyi Inggris yang suaranya dan petikan gitarnya membawa ke masa-masa musik akustik dulu (kayaknya jadi mau cari lagu-lagu dia lagi deh).
There are places I’ll remember All my life
though some have changed
Some forever not
Some have gone and some remain
All these places had their moments
With lovers and friends I still can recall
Some are dead and some are living
In my life I’ve loved them all
But of all these friends and lovers
There is no one compares with you
And these memories lose their meaning
When I think of love as something new
Though I know I’ll never lose affection
For people and things that went before
I know I’ll often stop and think about them
In my life I love you more
In My Life punya lirik yang sesuai dengan ide tulisan dari mbak Sri Andani. Blogger yang sangat cinta satwa ini mengusulkan tulisan mengenai pengalaman dan perasaanku yang sering berpindah mengikuti orang tua. Orang tuaku beberapa kali ditugaskan ke daerah mulai dari Sumatera sampai Papua. Ini hal yang lazim, teman-temanku juga akhirnya sering berganti. Rumah yang pernah ditempati cukup banyak, semuanya rumah dinas, bangunan baru atau lebih sering tinggal di bangunan lama peninggalan Belanda. Perusahaan menyediakan fasilitas yang sangat lengkap, rumah seiisinya, juga sekolah, perpustakaan umum, olahraga dan bioskop, bahkan sesekali ada artis ibukota yang manggung di kompleks.
Kalau ditanya bagaimana rasanya selalu berpindah, seingatku hatiku ringan saja ya. Tak ada rasa terlalu berat meninggalkan lingkungan dan teman-teman, sepertinya kita semua sudah siap sekali. Kami pindah setiap 3 tahun sih.. wk..wk.., jadi ijazah sekolahku semua dari kota berbeda. Makanya jangan suruh legalisir ijazah SD , aku harus kembali ke Sorong, tiketnya mahal kan. Karena sering berganti teman aku tak punya sahabat yang terlalu karib sampai bisa curhat-curhatan segala rupa, tetapi masih bisa bergaul normal. Awal masuk di kelas baru masih banyak diam, biasalah cek cek ombak dulu, apalagi ada perbedaan bahasa. Tentang beda bahasa pergaulan ini pernah kuceritakan di So Lama Tara Bakudapa. Tetapi walau tak curhatan sampai kini masih berhubungan akrab dengan teman-teman SMP dari Balikpapan, sering bertemu dan berencana libur bareng.
Kota-kota masa kecilku ada yang sudah pernah didatangi yaitu ke Plaju dan Balikpapan. Cuma bisa numpang berfoto di halaman rumah itu, tak dibukakan pintu sama yang punya, kasihan kan…serasa kita sales mesin cuci… Ke Balikpapan waktu itu dalam rangka reuni. Nah, temanku di sana pindah rumah sampai 3 kali, tapi dia berhasil masuk ke semua rumah lamanya. Beruntung ya, walaupun jadi pengalaman mengharu biru mengenang almarhum orang tuanya.
Ya, aku tak merasa berat mengenang rumah-rumah itu, tapi pengalaman berkesan masa kecil ada di sana. Di masa kecil aku tak bisa diam dan banyak main di luar rumah. Aku masih ingat sudut-sudut rumah, teras tempat belajar sepatu roda, jurang tempat main perosotan kardus, bertanam dan panen kacang tanah dan singkong, kebun tampat bermain di bawah pohon bambu, cari jambu mede dan bermain getah karet. Aku bahkan masih ingat rumah masa balita di Kuala Simpang, Aceh. Di rumah berkolong itu ada ayunan digantungkan di batang pohon roda. Ketika sedang asyik bermain tiba-tiba aku diseruduk monyet yang datang entah dari mana, jadilah jejeritan nangis kencang. Atau juga main tarzan-tarzanan dan terjatuh di kolam itik, wk..wk…
Ya…, di masa lalu memang banyak tempat dan orang yang pernah kita akrabi, tetapi semuanya hanyalah kenangan, jangan terpaku pada kenangan masa lalu, yang terpenting hiduplah untuk masa kini.