Suara jeritanku yang kencang melengking membahana mengagetkan orang seisi rumah yang langsung datang menghampiri. Tak bisa kucegah teriakan itu keluar dari mulut, lah tiba-tiba saja ujung jari tengahku terasa sangat sakit tertusuk yang kemudian diikuti dengan terbangnya seekor lebah keluar dari dalam tasku. Tak dinyana ada seekor kumbang yang berondok aka sembunyi di dalam tasku yang terbuka. Mungkin tuan lebah sudah ngumpet sejak semalam. Lha kok bisa? Lalu bagaimana tips pengobatan bila kena sengat lebah?
Kategori: Kesehatan
Anak Saya Sudah Boleh Cabut Gigi Bu?
Anak saya sudah boleh cabut gigi bu adalah pertanyaan yang sering diajukan orang tua. Padahal anak masih berumur 2 tahun. Prihatin sekali melihat anak-anak balita giginya sudah merata berwarna coklat tanda adanya kerusakan gigi atau gigi berlubang (karies gigi). Alasan orang tua gigi berlubang lantaran si anak tidak mau sikat gigi, atau susah disuruh sikatan, atau sikat hanya digigit saja. Merawat gigi anak sebetulnya gampang saja.
“Kok gampang, anak saya sampai jerit-jerit nangis nggak mau lho bu”
Menyikat gigi adalah soal kedisiplinan. Orang tua yang harus melatih. Sejak kapan? Ya, sejak anak dilahirkan.
“Baru lahir kan belum punya gigi bu”
Meskipun bayi baru lahir belum punya gigi (gigi pertama biasanya tumbuh di usia 5-7 bulan), tetapi sudah bisa diajarkan cara menjaga kebersihan mulut. Bayi yang sudah selesai disusui gusinya perlahan diusap dengan sentuhan lembut memakai kain halus. Cara ini akan membiasakan anak merasa mulutnya tetap segar.
Setelah bayi bisa menggenggam kenalkan padanya sikat gigi. Produsen kelengkapan bayi ada yang membuat sikat gigi pertama untuk bayi belum bergigi berupa tangkai sikat yang dilengkapi karet di ujungnya, jadi seperti mainan untuk belajar menggigit. Jika tidak menemukan yang seperti itu, kenalkan saja sikat gigi yang berbulu halus. Setelah gigi tumbuh, ibu bisa mulai menyikatnya, tanpa odolpun tak apa. Biasakan melakukan ini setiap hari, maka anak akan terbiasa.
Nah, kembali pada pertanyaan di atas. Meskipun gigi anak sudah rusak semuanya, pencabutan sebaiknya ditunda. Gigi yang sudah rusak itu berfungsi untuk mempertahankan ruang bagi gigi tetap yang akan tumbuh nantinya. Karena bila gigi susu sudah tidak ada, maka gigi yang bersebelahan akan bergeser menutup ruang ompong yang menyebabkan gigi baru nanti akan bergeser pula tempatnya.
Gigi tetap yang pertama kali tumbuh adalah gigi geraham, letaknya persis di belakang deretan gigi susu. Ini yang sering tidak disadari orang tua sehingga membiarkan gigi tersebut rusak, padahal gigi geraham itu adalah gigi terpenting yang menentukan oklusi gigi. Yaitu gigi yang menentukan hubungan gigi rahang atas dan rahang bawah. Bila oklusi berubah, berubah pula tampilan wajah.
HMFD si Flu Singapore
“Flu Singapore” sebenarnya adalah penyakit yang di dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau dalam bahasa Indonesia Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut.
Di Indonesia penyakit ini bukan penyakit baru.
Disebut “Flu Singapore” karena saat itu terjadi ledakan kasus dan kematian akibat penyakit ini di Singapura. Karena gejalanya mirip flu, dan saat itu terjadi di Singapura (dan kemudian juga terjadi di Indonesia), banyak media cetak yang membuat istilah “flu Singapore”, walaupun ini bukan istilah yang baku.
Penyakit inilah yang membuatku nggak ngeblog beberapa saat, nggak bw dan nggak balas komen. Memang bukan aku yang sakit, tetapi si adek.
Awalnya pada malam sesudah pulang shalat tarawih pertama , adek merasa badannya panas. Panas tidak terlalu tinggi dan kuberi obat penurun panas. Panasnya naik turun dan mengeluh sakit tenggorokan, tentu saja kuberi obat yang sesuai dengan keluhannya saat itu, sampai hari ketiga baru badannya adem. Setelah panas turun ternyata timbul banyak sekali sariawan di rongga mulut, mulai dari lidah sampai sekitar amandel. Tentu saja hal ini membuatnya susah makan dan minum, terkena air putih saja adek merasa lidahnya jadi panas. Dipaksa menelan buburpun wajahnya sampai meringis menahan sakit.
Dokter memberi obat antivirus dan berbagai vitamin. Di samping itu Opung dan Yang Ti dari Lampung ikut prihatin akan kesehatan cucunya dan kasih saran minum air selasih, perasan daun saga dicampur daun sirih, air kelapa hijau, semuanya obat tradisional yang sudah dipakai di keluarga papanya anak-anak sejak kecil yang berguna untuk mengurangi batuk dan sariawan. Alhamdulillah, kata dokter karena daya tahan tubuh adek cukup baik yang terserang hanyalah rongga mulut, tidak mengenai kaki dan tangan. Setelah 3 kali minum obat dokter sariawannya berkurang dan sudah mulai mau makan.
Yang disesalkannya selama sakit ini adalah karena dia belum pernah bisa puasa sebulan penuh, tahun lalupun ada beberapa hari ketinggalan puasa karena sakit juga. Sesudah badannya terasa lebih enak adek langsung pengen puasa sehari penuh, disarankan puasa setengah hari saja agar teratur minum obat dia tidak mau.
HMFD ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus ( non Polio ). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Di dalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus.
Penyebab HMFD yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71.
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. Yang sering terkena penyakit ini adalah anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ), adek terkena juga padahal umurnya sudah 11 tahun. Orang dewasa umumnya lebih kebal terhadap enterovirus, walau bisa juga terkena.
Penularannya melalui jalan pencernaan dan saluran pernapasan, yaitu dari droplet (percikan ludah), pilek, tinja, cairan vesikel (kelainan kulit berupa gelembung kecil berisi cairan) atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa seperti lalat dan kecoa.
Gejala umum penyakit ini mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (faringitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti “flu” pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada di bokong. Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di rumah sakit. Gejala yang cukup berat tersebut antara lain demam tinggi lebih dari 39 derajat dan tidak turun-turun, malas makan, muntah atau diare, kejang-kejang, keluar keringat dingin, halusinasi, lemas dan lain-lain.
Komplikasi penyakit ini jarang terjadi , tetapi jika ada maka penyakit lain yang timbul bisa berupa meningitis (radang selaput otak), ensefalitis (radang otak) , myocarditis atau lumpuh layu (AFP – yang menyerupai polio).
Seperti penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya dalam 7-10 hari (self limiting disesae) . Pengobatan hanya cukup istirahat karena daya tahan tubuh menurun dan obat-obat simptomatis yaitu obat yang diberikan hanya untuk mengurangi gejala saja seperti obat penurun panas, antiseptik untuk mulut, dan cairan yang cukup agar tidak terjadi dehidrasi. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.
Akhirnya adek kuliburkan sekolah seminggu walaupun gejala sudah membaik beberapa hari sebelumnya karena untuk mencegah penularan ke anak lain. Alhamdulillah sekarang adek sudah sehat lagi, sudah bawel lagi dan sudahkembali ikut sholat tarawih di mesjid.
Donor ASI
Beberapa waktu lalu waktu membawa anak berobat ke rumah sakit, aku melihat pemandangan yang tidak biasa. Di pojokan ada terlihat, sesosok tubuh yang tertutup dari pangkuan sampai kepalanya dengan kain gendong batik. Waktu kain terbuka terlihat seorang ibu sedang memangku bayi yang tampaknya baru saja selesai disusui, sekilas saja terlihat berbeda, bukan seperti ibu dan anak. Bayi itu diambil oleh ibu lain yang mirip kulitnya dengan bayi tersebut.
Kejadian ini membuatku kepikiran juga, ndilalah beberapa hari kemudian di salah satu majalah wanita ada berita mengenai donor ASI. Ujung-ujungnya yang dimintai tolong ya paman Google juga.
Donor darah, donor ginjal sih sudah sering dengar, tapi donor ASI? Baca lebih lanjut
Karies Gigi
Karies atau lubang gigi adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh bakteri dan terjadi di tempat-tempat tertentu. Air liur, lidah dan otot-otot mulut tidak dapat membersihkan makanan yang tertinggal sehingga menyebabkan terkumpulnya protein air liur dan bakteri yang disebut dengan plak.
Proses karies tidak dapat terjadi tanpa plak gigi.
Penyebab karies dapat dibagi dalam tiga kategori : mikroorganisme, gigi, dan makanan.
Agar karies terjadi, ketiga keadaan ini harus ada bersama-sama. Karies merupakan penyakit kronis, karena itu keadaan ini harus berlangsung lama agar jumlah substansi gigi yang dirusak cukup besar sehingga dapat dilihat secara klinis.
Insidens karies selama berabad-abad dapat ditelusuri karena karies dapat dikenali pada gigi yang telah terkubur ribuan tahun. Tengkorak bebas karies ditemukan hanya pada bangsa Eskimo sewaktu belum ada kontak dengan kulit putih. Bangsa ini tidak memakan karbohidrat, mereka hidup hanya dari hewan buruan dan ikan.
Tetapi setelah mengenal cara hidup dan makanan modern jumlah karies giginya sebanding dengan orang kulit putih.
Karbohidrat adalah faktor makanan terpenting yang mempengaruhi jumlah dan jenis bakteri plak. Makanan dan minuman yang mengandung gula dapat menurunkan pH plak dengan cepat. Plak menjadi asam dan untuk kembali ke pH normal, sekitar 7, perlu waktu 30 – 60 menit. Frekuensi konsumsi gula yang berulang-ulang menyebabkan pH plak tetap rendah dan tidak dapat kembali ke pH normal. Dengan pH yang rendah ini maka mulai terjadi demineralisasi enamel yaitu lepasnya mineral dari lapisan enamel /email gigi, yang akhirnya menimbulkan lubang gigi.