Taman Lapangan Banteng, Pameran Flona 2019

Taman Lapangan Banteng & Flona 2019

Taman Lapangan Banteng di Jakarta Pusat belakangan ini jadi omongan di media sosial. Apa pasal ? Katanya semakin cantik setelah revitalisasi. Di sini jadi spot foto yang keren banget. Penasaran kan ya, jadi sebagus apa sih.

Jadi akhirnya datang ke Taman Lapangan Banteng pas bertepatan dengan pameran Flora Fauna alias Flona 2019.

Monumen Pembebasan Irian Barat

Revitalisasi masih tetap mempertahankan lapangan olahraga di sisi utara dan ikon Lapangan Banteng, Monumen Pembebasan Irian Barat.

Di dinding juga terpampang sejarah monumen. Gagasan Bung Karno pada 1963 ini dibuatkan sketsa oleh Henk Ngantung, lalu pematungnya adalah Edhi Sunarso. Arsitek monumen yaitu F. Silaban

Fitur Baru di Taman Lapangan Banteng.

Sepintas, di Taman Lapangan Banteng yang nampak hanya warna monoton beton. Apa ya yang membuatnya menarik? Mari mendekat.

1.Air Mancur Menari

Air Mancur Menari (sumber : megapolitan.kompas.com)

Desainer Robby Krisna memadukan gerakan semburan air dengan musik dan tata cahaya. Kabarnya kombinasi liukan dan semburan air plus tata cahayanya bagus banget. Musik pengiringnya adalah lagu-lagu nasional.

Kolam berbentuk busur ini letaknya di sisi kiri Patung Pembebasan Irian Barat.

Karena datang di siang hari tentu tak bisa menyaksikan pertunjuka. Acara ini pastinya hanya bisa dinikmati di malam hari. Nantilah dijadwalkan mampir ke sana, insha Allah.

2. Amfiteater

Sisi selatan jadi arena pameran Flona 2019 sumber : casaindonesia.com

Amfiteater, tempat duduk berjenjang, semuanya dari beton, diposisikan persis menghadap kolam pertunjukan. Terdiri dari sebelas undakan. Pohon peneduh ditanam menembus celah-celah undakan di bagian atas. Pohon hijau jadi penyejuk pandangan yang tadinya dikuasai warna beton.

Undakan amfiteater ini salah satu spot foto cantik yang banyak diincar pengunjung.

3.Kutipan Bersejarah

Ada sepuluh panel kutipan bersejarah di sisi sebelah tangan kanan Monumen. Isi kutipan itu berkaitan dengan sejarah pembebasan Irian Barat. Panel ini dimaksudkan sebagai media pembelajaran sejarah.

Sejarah Lapangan Banteng

Taman Lapangan Banteng pernah hampir setiap hari kulalui, karena dulu bekerja di sekitar sini.

Sebelumnya Lapangan Banteng tak dilirik. Lapangan hanya ramai karena jadi tempat praktek pelajaran olahraga siswa sekolah-sekolah di sekitarnya atau bila ada pameran Flora Fauna.

Setelah berpisah dengan suami di pojok jalan, sering sekalian beli combro misro di abang gerobakan ha.. ha.. enak sih. Setelahnya kulanjutkan dengan jalan kaki ke Krekot Pasar Baru lokasi puskesmas. Sekalian cuci mata lihat bangunan-bangunan tua cantik. Kalau kepepet mengejar waktu absensi ya naik angkot.

Sebelum dibenahi wilayah ini sempat jadi simpul kemacetan apalagi ada SPBU. Kala malam hari malah jadi tempat mangkal para pencari kehidupan malam.

Melihat lebih jauh ke belakang sempat mengalami saat masih jadi terminal bis Lapangan Banteng. Mau ke rumah namboru di Grogol naik bis dari sini.

“Garogol .. Garogol..” Khas suara kenek bis berlogat Batak rasanya masih terngiang ha.. ha..

Usia Lapangan Banteng ini sebetulnya sudah tua. Di abad 19 bernama Waterlooplein. Dinamakan demikian untuk mengenang kalahnya Napoleon Bonaparte di Waterloo, Belgia pada 1815. Di tengah lapangan dibuatkan tugu peringatan dengan patung singa di atasnya. Nama lainnya adalah Lapangan Singa. Setelah kemerdekaan Indonesia, namanya berubah menjadi Lapangan Banteng.

Taman Lapangan Banteng & Bangunan Heritage

Tentu saja sebagai wilayah yang sudah berumur banyak bangunan yang didirikan di sekitar Taman Lapangan Banteng.

Istana Daendels

sumber : economy.okezone.com

Di sisi timur Taman Lapangan Banteng ada sebuah gedung putih yang megah bergaya empire. Itulah Istana Gubernur Jendral VOC Daendels (De Witte Huis – Gedung Putih) . Kini bangunan ini telah berubah fungsi menjadi salah satu bagian dari Kantor Kementrian Keuangan.

Daendels memang merencanakan pindah pusat kota Batavia ke sini, Weltevreden. Istana ini dibangun tahun 1808-1811, tetapi baru selesai pada 1828. Bahan bangunan seluruhnya diambil dari Benteng Amsterdam / Kasteel Batavia (sekitar Kota Tua sekarang) yang menjadi kantor Jan Pieterszoon Coen, pejabat gubernur sebelumnya. Bahan bangunan itu dibawa oleh J P Coen dari Belanda. Makanya sisa Benteng Amsterdam sekarang hanya sedikit sekali.

Gedung Kesenian Jakarta

sumber : wikipedia

Daendels mencetuskan ide membangun Gedung Kesenian. Lalu direalisasikan oleh Gubernur Jendral Inggris, Raffles pada 1814. Bangunan ini bergaya empire. Setelah rehabilitasi beberapa tahun lalu Gedung Kesenian kembali menjadi tempat berbagai kegiatan kesenian. Aku pernah nonton pementasan Teater Koma di sini.

Kantor Pos Lama Pasar Baru

sumber : postheritage.wordpress.com

Kantor Pos Lama, dibangun pada 1919. Kantor pos ini bertetangga dengan Gedung Kesenian, menghadap ke Pasar Baru.

Fungsi kantor pos kini menjadi pelayanan filateli. Sedangkan pelayanan pos lainnya dilakukan di gedung baru di belakangnya yang menghadap ke Lapangan Banteng.

Gereja Katedral

Sumber : Wikipedia

Gereja Katedral selesai dibangun pada 1901. Gaya bangunan ini adalah neo gotik yang lazim digunakan untuk membangun gereja beberapa abad lalu.

Gereja Katedral bertetangga dengan Kantor Pos baru. Di sini pun memiliki Museum Katedral yang terbuka untuk umum.

Masjid Istiqlal

Pembangunan Masjid Istiqlal dimulai pada 1961, yang diawali dengan pemancangan tiang pertama oleh Bung Karno. Masjid selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1978.

Arsitektur masjid ini disayembarakan. Pemenangnya adalah F Silaban.

Di kawasan Lapangan Banteng masih ada beberapa bangunan tua lain seperti Gedung SMK Boedi Utomo, SMA I, gedung Kimia Farma, Biara dan Sekolah Santa Ursula.

Melangkah menyeberangi Kali Ciliwung sampailah ke Pasar Baru , di sini pun bisa cuci mata dengan bangunan heritage. Antara lain Gedung Antara dan rumah mayor Cina Tio Tek Ho, salah satu mayor yang ditunjuk oleh pemerintahan kolonial Belanda.

Pameran Flona 2019

Pameran Flora dan Fauna atau yang lebih dikenal dengan nama Flona adalah rutinitas tahunan yang selalu digelar di Taman Lapangan Banteng Jakarta Pusat. Pameran berlangsung selama satu bulan 6 September – 7 Oktober 2019.

Lokasi pameran Flona di selatan amfiteater di antara pohon-pohon hijau.

Beberapa kali datang ke pameran ini menemani almarhumah mama. Beliau memang senang sekali dengan tanaman hias seperti Adenium, Anthurium, Euphorbia dan terutama Caladium (keladi hias). Tiap pameran bisa dua atau tiga kali datang cuci mata he.. he…, apalagi waktu itu stand peserta banyak sekali.

Acara pameran Flona ini diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan DKI Jakarta. Maka bisa dilihat stand dari instansi Suku Dinas Kehutanan dari semua kotamadya dan kabupaten di DKI Jakarta. Peserta lainnya adalah para pengusaha tanaman hias, tanaman buah, hewan peliharaan, tanaman obat, stand makanan dan minuman, serta komunitas.

Stand dari instansi yang kumasuki hanya 3 saja. Instalasi ketiga stand ini cantik, kekinian dan inovatif.

Stand Dinas Kehutanan menampilkan booth yang dihiasi anggrek bulan dan pojok kopi. Uniknya di stand ini bisa menukarkan satu pohon bogenvil dengan 5 cangkir kopi.

Stand Sudin Jakarta Selatan menampilkan instalasi kreatif berupa rak-rak kayu berisi tanaman hias. Stand jadi terlihat hijau dan nyaman. Pengunjung bisa duduk beristirahat di sini sambil membaca buku-buku yang disediakan.

Di stand sudin Jakarta Timur aku berhenti lama. Di sini sedang ada demonstrasi pembuatan bunga dari sabun. Asyik ikut belajar dan hasilnya bisa dibawa pulang.

Foto-foto di pameran ini ternyata cukup banyak. Tadinya ingin buat slide langsung dari wordpress.com yang terhubung ke sini. Tapi pasti memakai kapasitas penyimpanan yang besar. Akhirnya titip di youtube saja deh. Bolehlah sekalian disubscribe Mamak Candu Raun, mana tahu nanti jadi rajin buat video he.. he..

36 respons untuk ‘Taman Lapangan Banteng & Flona 2019

  1. Dedew berkata:

    Bersejarah sekali ya Lapangan Banteng ini, bagus buat dieksplor jalan kaki bareng bocah dan ke tempat lain yang tidak terlalu jauh dari lapangannya..

  2. Putu Sukartini berkata:

    Wah ini namanya sekali jalan banyak tempat wisata dan sejarah yang kita dapatkan
    Bukan sekedar pameran flona, di sekitar Lapangan Banteng juga banyak pilihan destinasi menarik
    Lengkap banget ulasannya. Makasi mbak

  3. Darius Alexander Go Reinnamah berkata:

    Sebelum revitalisasi, aku ke Taman Lapangan Banteng cuma untuk main basket, sisanya tidak menarik. Tapi sekarang nyaman banget berlama-lama di sana.

    Yang menarik ini soal Flona. Kok ya aku baru tahu ada pameran seperti ini tiap tahunnya? Seandainya sudah tahu pun aku tidak akan datang juga sih, karena tidak terlalu tertarik juga 🙃

  4. Mechta berkata:

    Aku blm pernah ke sini.. ini taman umum yg buka tiap hari y mba? Ah, berharap suatu saat bisa main2 ke sini..mungkin pas ada Flona biar lebih asyik ya..

  5. Istiana berkata:

    Haduh, tau info ini udah kelewat acaranya. Pameran ini tiap tahun kan yaa? Semoga tahun depan bisa nih ke sana. Lumayan ya bisa ngajak anak2, sekalian wisata edukasi gitu 😁

  6. Nurul Sufitri berkata:

    Suamiku tadinya sempet ajak ke Lapangan Banteng liat pameran flora dan fauna tapi belum jadi2. Kan penasaran kepengen lihat kantor pos lama, air, mandur menari, kutipan2 dll. Apalagi ajak anak2 ya biar mereka nambah wawasan kan beda kalo dari buku doang.

  7. hani berkata:

    Wah…udah kapan tahun engga ke Lapangan Banteng. Aku dulu SMA sering OR di sini, jalan kaki dari jalan Batu, sebrang stasiun Gambir.
    Keren banget, fasilitasnya banyak dan lengkap, ada air mancur, ada amphiteater…

  8. Lia Yuliani berkata:

    Air mancur menari jadi satu hal yang menarik perhatian saya ketika baca ini. Banyak juga tempat bersejarah di sekitar Lapangan Banteng ini, ya.

    Untuk pameran Flona, suka banget lihat bunga-bunga cantik dan kalau yang aneka hewan pasti disukai anak. Cocok juga buat ngajak keluarga main ke sini.

  9. Dinilint berkata:

    Aku sering lewat Lapangan Banteng, tapi nggak pernah main ke tamannya. Kalo tahu tamannya tambah cantik, aku pengen ah agendain main ke Lapangan Banteng pas main ke Jakarta besok.

  10. Matius Teguh Nugroho berkata:

    Sama nih, aku juga penasaran banget sama Taman Lapangan Banteng yang baru. Ada air mancur menarinya pula. Sekarang jadi kayak monumen-monumen di negara Asia Timur (Cina, Korea, Taiwan) yang lapang dan bersih.

  11. Dee Rahma berkata:

    Ulasannya lengkap sekali! Ternyata, di sekitar Lapangan Banteng ada beberapa destinasi wisata sejarah lain yang bisa dicapai dengan cara walking tour ya 😉

    Regards,
    Dee Rahma

  12. samya miskad berkata:

    Waduhh ketinggalan yah, dulu pernah sekali mengunjungi pameran ini, itupun karena nnganterin anak yang ada fieldtrip dr sekolahnya, saya termasuk betah keliling liat tanaman dan beli beberapa tanaman. Tahun ini kelewat. Padahal Lapangan Banteng dekat banget dr kantor. Karena saya berkantor di sekitar situ. Kemarin lewat tapi berpikir mungkin masih lama, ternyata terakhir kemaren yah…nyeselll

    • Monda berkata:

      iya, bisa wisata lengkap kok di sini… apalagi wisata kuliner ya..
      ada soto padang enak nggak jauh dari sini

  13. Nella (emaknya Benjamin) berkata:

    Dulu sekali pernah ke pameran Flona, namun saat itu aku belum suka tanaman. Pas ke Indonesia sayang banget bukan waktunya pameran Flona, jd aku ke taman anggrek di Ragunan dan taman anggrek Indonesia permai aja di dekat tmii, senang banget liat2 anggrek 🙂 . Btw nanti ku subs youtube kak Monda yaa.

Tinggalkan komentar