Fresh From The Garden

Menanam sayur di halaman rumah yang sempit bisa juga.Yang kupilih saat ini adalah menanam jenis sayur perennial.

Sayur perennial?

Sayur perennial adalah jenis sayuran yang berumur panjang, yang bisa terus tumbuh bertahun- tahun. Contohnya antara lain kelor , bayam shiso /bayam brazil dan masih banyak lagi. Untuklengkapnya lihat di video dulu saja deh. Kaku sekali buka blog setelah sekian lama.

Rumah Sutrera Alam CIapus

Rumah Sutera Alam Ciapus Bogor

Rumah Sutera Alam Ciapus adalah sebuah wisata edukasi di kabupaten Bogor. Di tempat ini kita diajak untuk menyaksikan proses pembuatan kain sutra. Sejak awal. Mulai dari pemeliharaan ulat hingga menjadi kain sutra siap pakai. Tertarik?

Setelah workshop di Kampung Budaya Sindangbarang, Indonesia Corners mengajak para peserta ke tujuan wisata berikut, Rumah Sutera Alam Ciapus. Lokasi kedua tempat ini berdekatan. Keduanya beralamat di desa Pasireurih Kecamatan Taman Sari Bogor.

Rumah Sutera Alam Ciapus Bogor

Turun dari angkot hijau langsung tertarik melihat penampilan luar Rumah Sutera Alam Ciapus. Sepintas mirip villa, karena ada bangunan rumah dan taman-taman tertata cantik. Malah di luar pagar depannya ada kaktus besar berbunga kuning yang indah.

Kami disambut oleh seorang pemandu, pak Yan, yang akan mengajak berkeliling ke 4 lokasi. Luas seluruh kompleks ini kurang lebih 4 hektar… wow… besar sekali.

KUNJUNGAN KE RUMAH SUTERA ALAM CIAPUS

Kebun Murbei

daun murbei pakan ulat sutra, kebun murbei ciapus bogor

Kebun Murbei terletak di halaman paling belakang. Sejauh mata memandang terlihat perdu hijau setinggi pinggang orang dewasa.

Menurut pak Yan di lahan ini ditanam 4 jenis pohon murbei. Masing-masing dari jenis Lembang, Multicaulis, Canva dan Katayana. Ke 4 jenis murbei ini berbeda bentuk daunnya.

Daun murbei muda adalah pakan ulat sutra. Sedangkan daun yang lebih tua tak disukai ulat tetapi masih bisa dimanfaatkan untuk konsumsi manusia. Daun murbei enak dilalap dan ditumis.

Produk sampingan kebun murbei pun bernilai ekonomi. Katanya murbei banyak mengandung vitamin dan zat bermanfaat lainya. Daun murbei pun bisa dibuat teh. Buah murbei juga bisa dimakan.

Rumah Ulat Sutra

Kunjungan selanjutnya ke Rumah Ulat Sutra.

Ulat Sutra dari jenis Bombyx mori ditempatkan di sebuah ruangan tertutup dan steril. Karena ulat sutra ini sensitif sekali, gampang mati. Makanya pintu ruangan harus selalu ditutup. Rumah ulat pun selalu harus bersih dan disemprot dengan desinfektan.

Ulat sutra Bombyx mori
Ulat Sutra pada tahap akhir sebelum membentuk kepompong atau cocon

Rumah Ulat Sutera membeli telur ulat dari KPSA (Kesatuan Pengusahaan Sutra Alam) Soppeng di Sulawesi Selatan. Yang diizinkan menangkar ulat sutra di Indonesia hanya di Soppeng dan di Semarang. Izin diberikan oleh Kementrian Kehutanan.

Telur yang dibeli dalam 1 box kecil berjumlah 25.000 butir telur. Telur ulat ukurannya sangat kecil, mungkin seukuran biji bayam.

Setelah telur menetas, ulat sutra kecil diberi pakan daun murbei 4 kali sehari. Waktu pemberiannya pun teratur jam 7, 11, 15 dan 16. Setelah kurang lebih satu bulan ulat akan mulai membuat kepompong atau cocon.

Tanda-tanda ulat sudah siap berubah bentuk ada 3 :

  • Ulat sudah tak mau makan. Ia akan bergerak mencari tempat semedi menjadi cocon.
  • Dari mulut ulat keluar serat.
  • Bila dilihat dengan cahaya blitz ulat sudah tembus pandang.

cocon ulat sutra,
Cocon dibersihkan

Dibutuhkan waktu 3 hari untuk ulat membungkus diri menjadi kepompong. Dalam kepompong ulat mengalami metamorfose alias perubahan bentuk menjadi pupa. Bila proses berlanjut pupa kelak akan menjadi kupu-kupu.

Satu minggu kemudian cocon siap dipanen. Cocon siap panen berbentuk oval berwarna putih cemerlang. Cocon dibersihkan dahulu satu per satu. Jika ada yang rusak atau bolong akan disisihkan. Kemudian dibuat menjadi gantungan kunci setelah pupa dikeluarkan.

Ruang Raw Silk

Ruang berikutnya adalah ruang Raw Silk, ruang pemintalan cocon menjadi benang. Di ruangan ini cocon direbus untuk menghilangkan zat pelekatnya. Lalu ujung serat cocon dikaitkan pada mesin pemintal.

Pupa di dalam cocon bisa dibuat lauk. Jadi tak ada yang mubazir. Walau sempat terbersit rasa kasihan pada si pupa yang tak bisa menjadi kupu-kupu. Tetapi sebagi kupu-kupu pun hidupnya tak akan lama.

Pemintal Benang Sutra Alam Ciapus

Benang sutra yang telah selesai dipintal sudah bisa dijual. Harganya Rp 1.000.0000 sampai Rp 1.200.000 per kilogram.

Pak Yan memberi contoh perbandingan produk benang sutra Indonesia dengan Thailand. Perbedaan terjadi karena karena jenis ulat sutra yang dipakai tak sama. Sutra produk lokal berwarna putih. Sedangkan sutra asal Thailand berwarna kuning. Dahulu Rumah Sutera sempat memelihara ulat sutra dari Thailand, tetapi kini tidak lagi.

Ruang Tenun Kain Sutra

ATBM kain sutra, alat tenun bukan mesin, tenun kain sutra

Di rumah tenun ada beberapa buah alat tenun bukan mesin (ATBM). Dengan alat ini benang sutra akan ditenun menjadi kain.

Membayangkan prosesnya kelihatan sekali harus sabar. Mulai dari membentangkan benang lungsi satu per satu di ATBM. Dengan lebar alat seperti itu pasti perlu helai benang yang tak sedikit. Masing-masing harus disetel supaya pas. Benang diurai satu per satu agar tak kusut.

Lalu benang pun harus dipasang pada posisi pakan. Setelah itu barulah penenun bisa bekerja menghentakkan tangan dan kakinya agar kain bisa terbentuk sedikit sedikit. Rasanya menyenangkan sekali mendengar suara ATBM dok.. dok.. .. dok….

Galeri Sutra Alam

Produk akhir sutra dan produk sampingan dijual di galeri. Di sini bisa dilihat dan dibeli kain sutra polos warna warni atau yang telah dibatik. Bentuknya berupa sarung, syal atau produk siap pakai berupa blus dan kebaya. Untuk pembatikan kain-kain ini dikirim ke Cirebon.

Produk sampingan pun disediakan di sini. Ada teh daun murbei, gantungan kunci dari cocon yang telah dikeluarkan pupanya, hingga cocon untuk masker.

Menarik sekali bukan melihat proses pembuatan kain sutra hingga siap pakai. Nggak disangka ya untuk membuat sehelai kain begitu banyak peranan para pekerja dengan kecakapan khusus. Tak heran harga per lembar kain itu cukup mahal. Ada yang berminat mengunjungi Rumah Sutera Alam Ciapus ?

Lokasi Rumah Sutera Alam Ciapus

Jl. Ciapus Raya KM.8 No.100, Pasireurih, Kec. Tamansari, Bogor, Jawa Barat 16610 Telepon(0251) 8388227

Rafflesia patma, bunga bangkai Rafflesia, Kebun Raya Bogor

Wisata Kebun Raya Bogor Melihat Bunga Rafflesia

Wisata Kebun Raya Bogor jadi hal pertama yang diingat bila berkunjung ke Kota Hujan ini. Ada yang istimewa di sana beberapa minggu terakhir. Peristiwa mekarnya dua jenis bunga raksasa langka, Rafflesia dan Amorphophallus.

Melihat Rafflesia secara nyata itu sudah jadi keinginan sejak lama. Belum berjodoh melihat Rafflesia arnoldi di alamnya walau pernah menetap di Bengkulu beberapa tahun dan kembali napak tilas.

Kali ini lihat saudara satu genusnya saja dulu, Rafflesia patma yang berukuran lebih kecil.

Di Bengkulu sosok Rafflesia arnoldi selalu terlihat di mana-mana dalam berbagai bentuk. Antara lain berbagai dekorasi luar ruang, kemasan produk, souvenir hingga motif batik basurek.

Tak hanya menjadi kebanggaan propinsi Bengkulu, tetapi Rafflesia arnoldi sudah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu di antara 3 Bunga Nasional. melalui Kepres No 4/1993.

Bunga melati putih (Jasminum sambac) sebagai puspa bangsa

Bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai puspa pesona

Bunga padma raksasa (Rafflesia arnoldi) sebagai puspa langka

Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor

Tahun ini ada 3 bunga Rafflesia patma yang mekar berturut-turut. Alhamdulillah, jadi ketika tertinggal berita mekarnya bunga pertama, bisa menanti yang berikutnya.

Ketiga bunga itu adalah yang ke 14, 15 dan 16 sejak pertama kali berbunga tahun 2010. Bunga ke 14 sudah hampir layu ketika tahu beritanya.

Makanya datang ke sana hari Minggu. Perkiraan bunga ke 15 sudah mekar.

Masuk dari pintu utama, dan minta informasi lokasi Rafflesia patma. Petugas memberikan peta. Tempatnya di depan Taman Sudjono Kassan. Dari Pintu Utama lokasinya jauh sekali kalau harus berjalan kaki, dari ujung ke ujung.

peta kebun raya Bogor
Peta Kebun Raya Bogor

Makanya ke Kolam Gunting dulu deh lihat Istana Kepresidenan Bogor. barulah menuju loket tiket mobil keliling.

“Teh, kalau naik mobil wisata kebun raya Bogor mau ke lokasi bunga Raflesia turun di mana?”

“Tapi yang ini adeknya bu.”

Maksudnya si teteh bunga yang mekar ini bukanlah Rafflesia arnoldi yang raksasa. Tetapi Rafflesia jenis yang lebih kecil.

“Sekarang sudah tutup bu, karena lokasinya dalam pagar. Bukanya sesuai jam kerja”

Batal saja deh beli tiket. Malah kuminta nomor hp si teteh. Nanti akan kuhubungi tanya informasi hari mekarnya bunga. Ramah sekali tetehnya, langsung memberikan nomornya.

Hari Rabu kuhubungi si teteh, dan dapat kabar bunga ke 15 sudah mekar di Selasa 24 September 2019, jam 4 subuh.

“Masih ada satu lagi bu. Tapi belum tau mekarnya kapan, karena takut bantet”. Cus esoknya langsung menuju Kebun Raya Bogor.

Lokasi yang disebut si teteh “di kandang badak dekat TamanLebak Sudjana Kassan (taman Garuda). Yang paling tepat sebutan untuk nurseri Rafflesia patma adalah Pembibitan Reintroduksi Tanaman Langka (Nursery for Rare Plant Species Reintroduction). Berbagai jenis tanaman langka terutama tanaman keras yang tak ada bibitnya di luar disiapkan di sini.

Bertemu dengan peneliti Rafflesia patma

Sesampai di lokasi mengisi buku tamu dulu yang sekaligus menjual aneka souvenir Rafflesia seperti sticker, kartu pos, tas, kaus dan buku.

“Beli bukunya bu, sekalian minta tanda tangan” si bapak petugas berpromosi sambil menunjuk seorang ibu berkerudung pink yang diajak berfoto oleh pengunjung.

Ibu Sofi Mursidawati, sang peneliti terlihat sangat ramah. Kesempatan bertanya nih. Tapi ada rasa nggak pede juga ngobrol sama ilmuwan. Maklum nggak menyangka akan bertemu peneliti Rafflesia, nggak menyiapkan pertanyaan. Bekal informasi yang kupunya pun tak banyak.

“Bu, saya rekam ya, nanti mau tulis di blog” , akhirnya kucoba juga, walau diselingi pengunjung lain yang datang silih berganti dan minta tanda tangan dan foto bersama.

Kami berbincang di samping nurseri Rafflesia patma yang dipagari. Ada mbak sekuriti juga yang menjaga di sana.

Bunga patma itu tumbuh di bawah inangnya yaitu anggur hutan atau Tetrastigma. Bunga Rafflesia patma yang kulihat ini sudah berusia tiga hari, sudah hampir layu. Kelopak bunga sudah ada yang robek. Kemungkinan dimakan tupai.

Rafflesia patma, bunga bangkai Rafflesia, Kebun Raya Bogor
Rafflesia patma ke 15, usia tiga hari

Bunga ke 15 ini mekar sempurna saat subuh dan tak ada yang menunggu. Bunga diperkirakan baru akan mekar siang harinya. Kecolongan kata bu Sofi. (Akhirnya ada rekaman time lapse mekarnya bunga ke 16 tanggal 1 Oktober. Sila cek akun IG @bogor_botanic-gardens) .

Menurut bu Sofi ke 15 bunga yang telah mekar itu tak ada trending yang sama. Jadi susah diprediksi mekarnya walau sudah dipantau terus suhu dan kelembabannya. Persis seperti anak manusia, biar pun bersaudara kandung, sifat tak ada yang sama persis.

Bersama Ibu Sofi Mursidawati dan buku karya beliau

Tanaman Rafflesia patma ini diperoleh bu Sofi dari alam dengan cara grafting, atau penyambungan akar dengan akar, pada 2004. Bukan dari biji atau mengambil tanaman langsung dari alam aslinya di Pangandaran. 6 tahun kemudian bunga pertama berhasil mekar, selanjutnya rutin setiap tahun.

Ada 13 jenis Rafflesia di Indonesia. Yang terbaru ditemukan tahun 2017 adalah Rafflesia kemumu ditemukan di Kemumu, Bengkulu Utara.

Yang unik soal penamaan bunga. Rafflesia patma yang ditemukan 20 tahun lebih awal dibanding kakaknya R. arnodi pernah punya nama lain. Namanya berbahasa Perancis karena ditemukan orang Perancis.

Namun ada kejadian tertentu spesimen bunga bangkai ini jadi pampasan perang. Jadi milik Inggris. Nama bunga diganti disatukan menjadi genus Rafflesia. Karena bentuknya mirip teratai maka dinamakan patma.

Nama genus Rafflesia diambil dari nama Thomas Stamdford Raffles (Gubernur Letnan Hindia Belanda, 1811-1816) yang mendanai ekspedisi ilmiah ke Bengkulu. Dan Raffles juga yang menghimpun buku History of Java.

Rafflesia, bunga terbesar di dunia dan terancam punah. Kehidupannya masih menyimpan banyak misteri. Sebagai tanaman parasit yang tak memiliki akar, batang dan daun. Disebut sebagai holoparasit hidupnya mutlak bergantung pada kesehatan inang.

Rafflesia patma menempel pada inang melalui haustorium (jaringan yang berfungsi seperti akar untuk menghisap makanan dari inang).

Keunikan anatomi Rafflesia memunculkan istilah khas untuk bagian tubuhnya. Identifikasi sepecies dilihat dari bentuk perigon(kelopak), diafragma (gelang), bercak, window dan ramenta.

Rafflesia disebut tanaman pintar. Walau menyerap sari makanan dari inang tapi ia tak akan membiarkan inangnya mati. Maka dari sekian banyak bonggol calon bunga, tak semuanya akan mekar. Tampaknya ada mekanisme tersendiri untuk mematikan sebagian bonggol calon bunga.

Yang kulihat di nurseri ada 3 bonggol lagi. Tetapi mungkin tak semuanya akan jadi. Bantet.

Amorphophallus gigas

Beruntung sekali bisa melihat jenis bunga langka lainnya dalam kurun waktu hampir sama. Kali ini aku tak terlambat, malah masih dini, 2 hari sebelum Amorphophallus gigas Teijsm. & Binn mekar sempurna pada minggu pertama Oktober 2019.

Kala itu sempat bertemu lagi dengan bu Sofi di lahan parkir. Kusangka beliau akan melihat A. gigas. Dalam hati berucap alhamdulillah bisa tanya-tanya lagi. Ternyata ibu mau ke lab dan beliau tidak mendalami Amorphophallus.

Bunga bangkai Amorphophallus gigas di wisata Kebun Raya Bogor didapat dari Padang Sidempuan , Sumatera Utara. Ditanam pada 4 Januari 2007. Tanaman ini terancam punah.

Amorphophallus gigas di Kebun Raya Bogor, 2 hari sebelum mekar sempurna

Di lokasi penanaman Amorphophallus gigas hanya ada para pekerja yang akan memperbaiki pagar utama yang rusak . Lokasinya dekat Gedung Konservasi dan bertetangga dengan koleksi jahe-jahean.

Di lahan ini ada 3 titik tempat penanaman keluarga Amorphophallus. Di tengah ada A. gigas, sebelah kanannya tampak tanaman yang sudah berbiji dengan papan nama bertuliskan A. decus-silvae dan di kiri hanya ada papan nama species lain.

Katanya Amorphophallus gigas adalah tanaman tertinggi di dunia. Tingginya bisa mencapai 4 meter. Lebih tinggi daripada A. titanum yang terkenal.

Genus Amorphophallus adalah keluarga talas-talasan. Tanaman ini bukan parasit, tetapi anaman utuh yang bisa mencari makan sendiri. Jumlahnya sekitar 200 jenis, di Indonesia ada 25 jenis.

Rekaman ngobrol dengan bu Sofi akhirnya kubuatkan saja videonya, belajar sendiri tertatih-tatih. Merasa mubazir bila dokumentasi seperti ini tak dibagi.

Kunjungan Wisata Kebun Raya Bogor kali ini kuakui sebagai sebuah pengalaman yang sangat berkesan. Alhamdulillah wa syukurillah bisa melihat dengan mata kepala sendiri keaneka ragaman hayati Indonesia. Bangga ada ilmuwan seperti bu Sofi dan rekan-rekan yang berdedikasi menyibak misteri dunia tumbuh-tumbuhan.

Taman Lapangan Banteng, Pameran Flona 2019

Taman Lapangan Banteng & Flona 2019

Taman Lapangan Banteng di Jakarta Pusat belakangan ini jadi omongan di media sosial. Apa pasal ? Katanya semakin cantik setelah revitalisasi. Di sini jadi spot foto yang keren banget. Penasaran kan ya, jadi sebagus apa sih.

Jadi akhirnya datang ke Taman Lapangan Banteng pas bertepatan dengan pameran Flora Fauna alias Flona 2019.

Monumen Pembebasan Irian Barat

Revitalisasi masih tetap mempertahankan lapangan olahraga di sisi utara dan ikon Lapangan Banteng, Monumen Pembebasan Irian Barat.

Di dinding juga terpampang sejarah monumen. Gagasan Bung Karno pada 1963 ini dibuatkan sketsa oleh Henk Ngantung, lalu pematungnya adalah Edhi Sunarso. Arsitek monumen yaitu F. Silaban

Fitur Baru di Taman Lapangan Banteng.

Sepintas, di Taman Lapangan Banteng yang nampak hanya warna monoton beton. Apa ya yang membuatnya menarik? Mari mendekat.

1.Air Mancur Menari

Air Mancur Menari (sumber : megapolitan.kompas.com)

Desainer Robby Krisna memadukan gerakan semburan air dengan musik dan tata cahaya. Kabarnya kombinasi liukan dan semburan air plus tata cahayanya bagus banget. Musik pengiringnya adalah lagu-lagu nasional.

Kolam berbentuk busur ini letaknya di sisi kiri Patung Pembebasan Irian Barat.

Karena datang di siang hari tentu tak bisa menyaksikan pertunjuka. Acara ini pastinya hanya bisa dinikmati di malam hari. Nantilah dijadwalkan mampir ke sana, insha Allah.

2. Amfiteater

Sisi selatan jadi arena pameran Flona 2019 sumber : casaindonesia.com

Amfiteater, tempat duduk berjenjang, semuanya dari beton, diposisikan persis menghadap kolam pertunjukan. Terdiri dari sebelas undakan. Pohon peneduh ditanam menembus celah-celah undakan di bagian atas. Pohon hijau jadi penyejuk pandangan yang tadinya dikuasai warna beton.

Undakan amfiteater ini salah satu spot foto cantik yang banyak diincar pengunjung.

3.Kutipan Bersejarah

Ada sepuluh panel kutipan bersejarah di sisi sebelah tangan kanan Monumen. Isi kutipan itu berkaitan dengan sejarah pembebasan Irian Barat. Panel ini dimaksudkan sebagai media pembelajaran sejarah.

Sejarah Lapangan Banteng

Taman Lapangan Banteng pernah hampir setiap hari kulalui, karena dulu bekerja di sekitar sini.

Sebelumnya Lapangan Banteng tak dilirik. Lapangan hanya ramai karena jadi tempat praktek pelajaran olahraga siswa sekolah-sekolah di sekitarnya atau bila ada pameran Flora Fauna.

Setelah berpisah dengan suami di pojok jalan, sering sekalian beli combro misro di abang gerobakan ha.. ha.. enak sih. Setelahnya kulanjutkan dengan jalan kaki ke Krekot Pasar Baru lokasi puskesmas. Sekalian cuci mata lihat bangunan-bangunan tua cantik. Kalau kepepet mengejar waktu absensi ya naik angkot.

Sebelum dibenahi wilayah ini sempat jadi simpul kemacetan apalagi ada SPBU. Kala malam hari malah jadi tempat mangkal para pencari kehidupan malam.

Melihat lebih jauh ke belakang sempat mengalami saat masih jadi terminal bis Lapangan Banteng. Mau ke rumah namboru di Grogol naik bis dari sini.

“Garogol .. Garogol..” Khas suara kenek bis berlogat Batak rasanya masih terngiang ha.. ha..

Usia Lapangan Banteng ini sebetulnya sudah tua. Di abad 19 bernama Waterlooplein. Dinamakan demikian untuk mengenang kalahnya Napoleon Bonaparte di Waterloo, Belgia pada 1815. Di tengah lapangan dibuatkan tugu peringatan dengan patung singa di atasnya. Nama lainnya adalah Lapangan Singa. Setelah kemerdekaan Indonesia, namanya berubah menjadi Lapangan Banteng.

Taman Lapangan Banteng & Bangunan Heritage

Tentu saja sebagai wilayah yang sudah berumur banyak bangunan yang didirikan di sekitar Taman Lapangan Banteng.

Istana Daendels

sumber : economy.okezone.com

Di sisi timur Taman Lapangan Banteng ada sebuah gedung putih yang megah bergaya empire. Itulah Istana Gubernur Jendral VOC Daendels (De Witte Huis – Gedung Putih) . Kini bangunan ini telah berubah fungsi menjadi salah satu bagian dari Kantor Kementrian Keuangan.

Daendels memang merencanakan pindah pusat kota Batavia ke sini, Weltevreden. Istana ini dibangun tahun 1808-1811, tetapi baru selesai pada 1828. Bahan bangunan seluruhnya diambil dari Benteng Amsterdam / Kasteel Batavia (sekitar Kota Tua sekarang) yang menjadi kantor Jan Pieterszoon Coen, pejabat gubernur sebelumnya. Bahan bangunan itu dibawa oleh J P Coen dari Belanda. Makanya sisa Benteng Amsterdam sekarang hanya sedikit sekali.

Gedung Kesenian Jakarta

sumber : wikipedia

Daendels mencetuskan ide membangun Gedung Kesenian. Lalu direalisasikan oleh Gubernur Jendral Inggris, Raffles pada 1814. Bangunan ini bergaya empire. Setelah rehabilitasi beberapa tahun lalu Gedung Kesenian kembali menjadi tempat berbagai kegiatan kesenian. Aku pernah nonton pementasan Teater Koma di sini.

Kantor Pos Lama Pasar Baru

sumber : postheritage.wordpress.com

Kantor Pos Lama, dibangun pada 1919. Kantor pos ini bertetangga dengan Gedung Kesenian, menghadap ke Pasar Baru.

Fungsi kantor pos kini menjadi pelayanan filateli. Sedangkan pelayanan pos lainnya dilakukan di gedung baru di belakangnya yang menghadap ke Lapangan Banteng.

Gereja Katedral

Sumber : Wikipedia

Gereja Katedral selesai dibangun pada 1901. Gaya bangunan ini adalah neo gotik yang lazim digunakan untuk membangun gereja beberapa abad lalu.

Gereja Katedral bertetangga dengan Kantor Pos baru. Di sini pun memiliki Museum Katedral yang terbuka untuk umum.

Masjid Istiqlal

Pembangunan Masjid Istiqlal dimulai pada 1961, yang diawali dengan pemancangan tiang pertama oleh Bung Karno. Masjid selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1978.

Arsitektur masjid ini disayembarakan. Pemenangnya adalah F Silaban.

Di kawasan Lapangan Banteng masih ada beberapa bangunan tua lain seperti Gedung SMK Boedi Utomo, SMA I, gedung Kimia Farma, Biara dan Sekolah Santa Ursula.

Melangkah menyeberangi Kali Ciliwung sampailah ke Pasar Baru , di sini pun bisa cuci mata dengan bangunan heritage. Antara lain Gedung Antara dan rumah mayor Cina Tio Tek Ho, salah satu mayor yang ditunjuk oleh pemerintahan kolonial Belanda.

Pameran Flona 2019

Pameran Flora dan Fauna atau yang lebih dikenal dengan nama Flona adalah rutinitas tahunan yang selalu digelar di Taman Lapangan Banteng Jakarta Pusat. Pameran berlangsung selama satu bulan 6 September – 7 Oktober 2019.

Lokasi pameran Flona di selatan amfiteater di antara pohon-pohon hijau.

Beberapa kali datang ke pameran ini menemani almarhumah mama. Beliau memang senang sekali dengan tanaman hias seperti Adenium, Anthurium, Euphorbia dan terutama Caladium (keladi hias). Tiap pameran bisa dua atau tiga kali datang cuci mata he.. he…, apalagi waktu itu stand peserta banyak sekali.

Acara pameran Flona ini diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan DKI Jakarta. Maka bisa dilihat stand dari instansi Suku Dinas Kehutanan dari semua kotamadya dan kabupaten di DKI Jakarta. Peserta lainnya adalah para pengusaha tanaman hias, tanaman buah, hewan peliharaan, tanaman obat, stand makanan dan minuman, serta komunitas.

Stand dari instansi yang kumasuki hanya 3 saja. Instalasi ketiga stand ini cantik, kekinian dan inovatif.

Stand Dinas Kehutanan menampilkan booth yang dihiasi anggrek bulan dan pojok kopi. Uniknya di stand ini bisa menukarkan satu pohon bogenvil dengan 5 cangkir kopi.

Stand Sudin Jakarta Selatan menampilkan instalasi kreatif berupa rak-rak kayu berisi tanaman hias. Stand jadi terlihat hijau dan nyaman. Pengunjung bisa duduk beristirahat di sini sambil membaca buku-buku yang disediakan.

Di stand sudin Jakarta Timur aku berhenti lama. Di sini sedang ada demonstrasi pembuatan bunga dari sabun. Asyik ikut belajar dan hasilnya bisa dibawa pulang.

Foto-foto di pameran ini ternyata cukup banyak. Tadinya ingin buat slide langsung dari wordpress.com yang terhubung ke sini. Tapi pasti memakai kapasitas penyimpanan yang besar. Akhirnya titip di youtube saja deh. Bolehlah sekalian disubscribe Mamak Candu Raun, mana tahu nanti jadi rajin buat video he.. he..

Kampung Budaya Sindangbarang

Travel Photography & Blog Workshop

Travel Photography & Blog Workshop, belajar sambil jalan-jalan. Acara keren ini diadakan oleh Indonesia Corners bersama Fujifilm. Lokasinya di obyek wisata budaya Bogor di Kampung Budaya Sindangbarang dan bonus ke Rumah Sutera Ciapus.

Titik kumpul para peserta di stasiun Bogor jam 7 pagi. Untuk simpelnya kendaraan kutitip saja di stasiun Lenteng Agung (ongkos parkir hampir 12 jam hanya Rp 20.000,- ).

Agak terlambat sampai Lenteng Agung, jalan tersendat karena ada pelapisan jalan di tol JORR. Di dalam kereta kutanyakan pada petugas “Mas, kira-kira bisa sampai stasiun Bogor sebelum jam 7?”

“Nggak pasti bu, tergantung kondisi di jalan”

Nah lho, ucapannya itu bikin ketar ketir. Bagaimana kalau nanti ditinggal. Langsung kasih kabar ke grup posisiku sudah di sekitar stasiun Bojong Gede, berharap masih bisa ditunggu. Dan langsung dapat sambutan dari yang lain. Lega, kalau ditinggal pasti banyak temannya.

“Lha .. yang mana?” tanya mbak Arin.

“Masuk Bojong Gede. Jangan-jangan satu kereta” kata mbak Dian Farida.

“Satu kereta kita mbak ” mbak Nunu menimpali.

“Di kereta lihat yang baju merah, terus pandang-pandang ajah” mbak Vania Samperuru menyambung.

Seturun dari kereta kujejeri dua wanita berbaju merah. Mungkin ini blogger juga batinku. Eh ternyata mereka dadah dadah sama teman-temannya di kafe. Semua pakai kostum merah, tapi lho nggak ada mbak Donna Imelda. Berarti bukan teman ya ha.. ha.., untungnya tadi nggak langsung nembak.

credit : Indonesia Corners

Kampung Budaya Sindangbarang

Perjalanan dilanjutkan naik dua angkot hijau charteran. Peserta tak hanya dari Jabodetabek, tetapi juga ada 3 blogger keren Jawa Tengah. Kurang lebih satu jam di jalan yang tak terasa, apalagi ada mbak Memez dan Nurul Gie yang jago cerita he… he..

Kedua lokasi workshop itu banyak tanjakan. Apa daya angkot hijau tak kuat mendaki, peserta terpaksa harus turun dulu. Beberapa kali naik turun angkot, di akhir perjalanan sepulang dari Rumah Sutera kaki emak langsung keram he. .. he.. Jalan menyeret jadinya.

Tapi, ada lho berkah tersembunyi. Saat jalan kaki ini justru bisa menghayati suasana pedesaan. Tercium aroma khas pohon jengkol yang sedang berbuah ha.. ha.., bisa lihat bunga kopi yang putih cantik dan pohon pala yang sedang berbuah dengan lebatnya.

Kampung Budaya Sindangbarang masih memegang kuat tradisi dan budaya Sunda, contohnya upacara Seren Taun yaitu syukuran atas hasil panen.

Kampung Budaya ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada 2011, ada prasastinya. Ada beberapa desa seperti ini di propinsi Jawa Barat, antara lain Kampung Naga, Kampung Pulo dan Desa Wisata Cibuntu. Desa wisata dapat membantu meningkatkan perekonomian warga, selain mereka pasti akan lebih bangga pada budayanya dan tetap menjaganya.

Kampung Budaya Sindangbarang
Pemandangan ikonik di Kampung Budaya Sindangbarang. Jejeran lumbung padi (leuit) dengan warna putih hitam. Prinsip desain leuit ini bagus banget. Ada pintu kecil di atas untuk memasukkan padi, sedangkan mengambilnya dari bawah. Ada prisinsip fifo (first in first out). Rangka leuit di bagian luar pun ada maksudnya. Credit @rumikasjouney)

Kami disambut dengan angklung gubrak yang dimainkan ibu-ibu setempat. Nantinya suasana di desa sejuk ini dihidupkan oleh ibu yang paling sepuh dan paling atraktif. Beliau malah nggak mau dipanggil ibu “nenek saja”.

Lamat-lamat tercium bau harum khas kayu bakar. Ternyata para pekerja renovasi leuit asal Pelabuhan Ratu sedang menjerang air. Bukan itu saja bahkan pada saat angin bertiup ada harum bunga yang semerbak. Sempat ada pikiran aneh he.. he.. Belakangan kutahu aroma itu berasal dari ladang sedap malam di dekat aula. Lebih lanjut tentang kampung asri ini akan kutuliskan tersendiri.

Travel Photography & Blog Workshop

Komunitas Indonesia Corners digagas oleh para travel blogger keren yang sudah melanglang buana dan menghasilkan banyak tulisan yang sangat menarik. Pentolan komunitas ini antara lain mas @salmanbiroe, Donna Imelda @ayopelesiran, uni @eviindrawanto dan teh @dedew_writer.

Ini kali ke 3 ikut acara dari Indonesia Corners. Acara yang dibuat Indonesia Corners selalu menarik sih, jadi ketagihan ikut terus.

Yang pertama kuikuti acara Temu Asik Indonesia Corners Telisik Djakarta Tempo Doeloe, Januari 2018. Kedua kalinya ikut Travel Blog & Photography Workshop, April 2019. Di acara ini tercetus ide belajar fotografi langsung di obyek wisata. Alhamdulillah jadi kenyataan dan bisa ikut bergabung belajar juga di Kampung Budaya Sindangbarang.

Selain mendatangi obyek wisata budaya keren, belajar seperti ini menambah semangat untuk terus memperbaiki diri sekaligus membuat ngeblog tetap menyenangkan walau rekan segenerasi sudah inaktif.

Tak ada waktu terlambat untuk belajar bukan? Blogger itu memang dituntut untuk bisa menulis, memotret, riset, SEO, infografis dan buat video. Mungkin juga harus bisa membuat musik pengantar video, supaya nggak dituntut hak cipta. Sanggupkah?

Travel Photography Workshop

Eksplor dengan berbagai sudut pandang

Kembali berbicara di workhsop ini adalah uni @raiyanim, fotografer handal yang karyanya sudah banyak dimuat di media ternama.

Raiyani Muharamah, fotografer berpengalaman yang foto-fotonya sering memenangkan kompetisi berhadiah puluhan juta.

Uni Raiyani semangat membagi ilmu fotografi karena miris melihat banyak blog yang kualitas fotonya minimalis.

Tema yang dibawakan oleh uni Rai adalah mengenai teknik pengambilan foto. Umumnya orang memotret pada posisi eye level. Kami didorong untuk mengenal teknik low angle dan high angle serta cara memotret sesuatu yang bergerak. Tentu beliau pun memberikan contoh fotonya. Betul, dengan sudut berbeda foto jadi terlihat lebih dramatis.

Juga ditambahkan materi etiket fotografi bila berada di lokasi yang banyak pemotretnya.

Hal lain yang bikin tambah semangat peserta dikasih kesempatan memotret dengan kamera Fuji. Uni juga memberi petunjuk pemakaian kamera. Nggak usah gengsi memakai fungsi otomatis. Catat. Itu karena teknologi ada untuk memudahkan kita bukan?

Blog Workshop

Para peserta dengan dresscode merah, serius menyimak ilmu dari mbak Donna @ayoplesiran “How To Write Your Great Travel Story”

Workshop dilanjutkan setelah makan siang oleh mbak Donna Imelda yang menyampaikan tema “How to Write Your Great Travel Story”.

Menurut mbak Donna esensi ada pada tulisan bukan hanya perjalanannya, karena karakter yang membangunnya adalah narasi sehingga tulisan bernilai informatif, deskriptif dan kaya akan pengalaman emosional.

Apa yang membuat tulisan perjalanan berkesan? Carilah keunikan sebuah tempat. Caranya dengan melakukan riset kemudian coba buat sudut pandang cerita yang menarik.

Kuakui yang paling sulit adalah membuat kalimat pertama. Jangan terpaku di situ. Saran mbak Donna buat kerangka tulisan atau storyline. Bisa juga diawali dengan pertanyaan, quotes, lirik lagu. Pokoknya sesuatu yang bisa menahan pembaca tetap di tulisan kita sampai akhir.

Kira-kira itulah intisarinya. Tak mungkin juga ya dituliskan semua karena file pdf nya pun panjang.

credit : Indonesia Corners

Atraksi Budaya

Di Kampung Budaya Sindangbarang yang terlibat melestarikan budaya dan tradisi tak hanya para tetua saja. Bahkan anak-anak dan remaja telah sanggup tampil membawakan kesenian setempat. Pas sekali menjadikan penampilan ini sebagai ajang praktek ilmu memotret yang baru didapat.

Teori yang didapat segera dipraktekkan. Motret bersama teman-teman ini pun jadi ajang belajar juga. Hasil foto tiap orang itu pasti berbeda-beda. Lain kali kita bisa ATM (amati, tiru dan modifikasi).

Ada 4 jenis kesenian tradisional yang ditampilkan yaitu Kaulinan Barudak, Rampak Gendang, Tari Merak dan Parebut Seeng.

Para ibu pemain angklung gubrag. “Nenek” in action. (credit : @rumikasjourney)
Kaulinan Barudak – permainan bocah. Ada bintangnya di sini. Bocah paling depan yang jadi pusat perhatian para peserta. Paling kecil, paling imut dan gerakannya menggemaskan. (credit : Indonesia Corners)
Demi low angle, para peserta tak segan jongkok, tiarap, bersimpuh di rumput. Ini sedang memotret gerakan para penari Rampak Gendang. (credit : Indonesia Corners)

Mencoba Kamera Fuji XA5

Aku berbagi kamera Fuji dengan dua teman, mbak Dita @rumikasjourney dan mbak @nunuhalimi. Ini gara-gara aku lupa bawa sdcard. Kami mendapat kamera hijau pupus yang cantik dari seri XA5.

Mempraktekkan posisi low angle harus dong ikut merumput. Karena nggak kuat jongkok lama atau tiarap, ya sudah tiduran saja berbantal ransel entah punya siapa he.. he.. Bobot kamera yang ringan memudahkan sekali bila memotret dengan posisi ini, di pegangan terasa ajeg. Shutter terasa ringan, bisa terus menerus menekan shutter mengikuti gerakan lincah para penari.

Foto-foto berikut inilah yang kupotret dengan Fuji XA5.

Tari Merak, tari kreasi yang menggambarkan gerakan pamer keindahan bulu merak jantan untuk memikat betinanya.

Bagus ya hasil akhirnya, warna foto terlihat cerah sekali, terlihat jelas ditel pada kostum penari Merak. Tak kulakukan edit sama sekali pada foto-foto ini, hanya kompres dan ubah ukuran gambar saja. Aku suka tone cerah natural seperti ini sih.

Parebut Seeng – merebut penanak nasi, biasanya dilakukan pada acara pernikahan.

Parebut seeng memakai jurus-jurus silat tradisional Cimande. Bial seeng berhasil direbut maka pengantin pria boleh masuk ke rumah pengantin putri.

Kamera mirrorless ini terasa ringan di tangan lho. Kelebihan seri ini adalah viewer model flip, yang bisa dilipat hingga 180 derajat, gampang kalau mau selfie he.. he.. Layar LCD sudah touchscreen pula. Lensanya tipe XC 15-45 mm dengan sistem electronic zoom. Kamera tipe ini punya ISO 200 sampai 12800, keren kan sensitif sekali lensanya. Dan ada pula mode baru 4K Burst Shooting dan Multi Focus Mode.

Tipe Fuji XA5 ini cocok juga untuk foto low angle karena memudahkan pemotret nggak perlu terlalu jongkok, cukup lihat di viewer saja. Dan pas pula untuk ngevlog karena bisa dipasangi mic eksternal.

Varian warna seri XA5 cantik semua, duuh jadi bingung menentukan pilihan. apalagi setelah paham fitur dan langsung praktek beberapa jam. Apalagi sudah familiar dengan Fuji. Dulu terbiasa memotret dengan kamera analog Fuji punya bapakku. Apakah ini artinya sudah saatnya beralih dari smartphone andalan?

Selain dapat pelajaran fotografi, di acara kali ini juga dapat pelajaran persahabatan. Bayangkan , baru pertama kali tatap muka dengan dua rekanku berbagi kamera Fuji XA5 tapi baiknya bukan main. Mbak Nunu mau kasih pinjam sdcard lalu mengirimkan file foto yang sedemikian banyaknya. Mbak Dita selalu menawarkan gantian pakai kamera. “Mau pakai nggak mbak?””Nggak ada rebut-rebutan dan sirik-sirikan. Mengutip ujaran terkenal dari rekan blogger senior oom Nh “This is the beauty of blogging”.