Bermain Di Alam

 

Vania sayang,

Selamat ulang tahun yang ke tiga ya putri cantik.

Maafkan Bunda belum bisa memberi hadiah berupa benda idamanmu,  tetapi bunda punya cerita tentang masa kanak-kanak yang manis.

Sedari kecil bunda  sudah terbiasa tinggal berpindah-pindah mengikuti tugas orang tua. Diingat-ingat  sejak bayi bunda sudah pernah tinggal di  9 kota di beberapa propinsi mulai dari Aceh sampai Irian Jaya, yang  sekarang bernama Papua.

Tahukah Vania  negara kita adalah negara kepulauan terbesar di dunia?  Bunda sudah pernah bermain di pulau-pulau besar di Indonesia. Vania mau tahu pulau-pulau yang besar di Tanah Air itu apa saja? Ada  pulau   Papua yang terbesar kedua di dunia, Kalimantan  yang terbesar ketiga, Sumatera terbesar kelima , Jawa dan Sulawesi (terbesar kesebelas). Hanya  Sulawesi saja yang belum pernah  bunda datangi.  Tetapi masa kanak-kanak dilewatkan di Sumatera Utara dan Irian Jaya, karena di Aceh waktu itu masih balita, bunda hampir tak ingat apa-apa.

Buah Rambusa liar

 

Perumahan kami dahulu di sebuah kota kecil di kabupaten Langkat, Sumatera Utara  adalah bekas perkebunan karet. Topografinya berbukit-bukit. Bukit itu tetap dipertahankan sesuai aslinya dan tidak banyak diratakan. Jadi rumah itu tak selalu berderet-deret panjang seperti perumahan jaman sekarang tetapi mengikuti kontur tanah. Ada yang 4 rumah berdekatan, ada pula  yang lebih.

Masing-masing rumah berhalaman cukup luas dan tak berpagar sehingga  anak-anak bebas bermain di manapun, bahkan bermain di jurang sekitar rumah. Mau tahu dulu bunda suka bermain apa saja?

Karena bekas perkebunan karet, masih ada beberapa batang pohon karet di jurang. Dengan teman-teman kami menggores pohon karet dengan pisau sehingga  keluarlah getahnya yang kami tampung memakai daun atau kaleng bekas. Kemudian getah karet itu kami oleskan di bagian dalam lengan kiri. Setelah mengering lapisan karet ini bisa digulung, demikian berulang-ulang sampai menjadi bola kecil. Wangi getah karet  khas sekali, bunda tiba-tiba menjadi rindu ingin mencium aroma itu lagi.

Buah dari pohon karet yang kami sebut dengan buah para dikumpulkan untuk bermain aduan. Buah para ini berwarna coklat dan bermotif. Dua buah para ditumpuk dan dihantam dengan genggaman tangan sampai buah pecah dan terlihat daging buahnya yang berwarna putih.

Kalau sedang bosan bermain dekat pohon karet bunda dan teman-teman mencari buah-buahan hutan seperti buah senduduk, buah rambusa dan buah jambu monyet yang pohonnya ditanam di jurang menggantikan pohon karet. Buah senduduk itu berwarna ungu dan jika dimakan menyebabkan lidahpun berwarna ungu, buah rambusa itu  buah dari pohon merambat berwarna hijau dan kemerahan  bila sudah matang rasanya agak asam, dan buah jambu monyet yang sudah matang itu rasanya manis asam, berserat dan banyak airnya.  Tentang buah rambusa bisa dibaca lebih banyak di tulisan tentang Rambusa dan Markisa  Keluarga Passiflora Berbunga Indah.

Kadang-kadang kami juga mengambil tanah liat dan membuat  mainan peralatan  seperti piring, cangkir atau asbak, kemudian mainan ini dipakai untuk bermain masak-masakan. Piring tanah liat ini untuk meletakkan daun-daunan yang sudah diiris.

Bermain di alam sangat menyenangkan dan orang tua  tidak melarang kami bermain berkotor-kotor di sana. Dulu bahkan bunda suka bermain meniru  Tarzan dengan berayun di akar pohon beringin besar, kalau sekarang mungkin seperti bermain Flying Fox, bermain perosotan kardus dari atas bukit dan meluncur ke bawah. Bermain di lumpur juga pernah kami lakukan untuk menangkap belut.

Kemudian ketika orang tua bunda dipindahkan ke Papua, permainan kami  bersaudarapun masih di  sekitar alam juga.

Di Papua bunda antara lain bermain kelereng, yang di sana disebut dengan mutel, kalau di Sumatera bunda menyebutnya guli. Bermain kelereng ini dengan adik-adik karena tak banyak teman di dekat rumah karena kami tinggal di perumahan yang baru dibangun dan penghuninya belum banyak .  Permainan lain misalnya ayunan atau di sana disebut bui-bui.

Hari Minggu pagi orang tua sering mengajak berenang di laut dan bermain ombak atau membuat istana pasir. Hampir setiap minggu kami bermain  ombak dengan bantuan ban bekas. Senang sekali ketika melihat ombak besar datang dan kami bersiap-siap berpegangan di ban, berteriak-teriak gembira dan diayun-ayunkan ombak sampai ke pantai. Sesaat kemudian langsung kembali ke laut lagi dan menunggu ombak berikutnya datang.

Kadang-kadang diajak orang tua berjalan-jalan ke pulau-pulau kecil di sekitar kota Sorong dengan menaiki kapal kecil. Pulau itu tak berpenghuni sehingga pantainya putih bersih tak ada sampah, dan karena pulau kosong, tak ada namanya. Lautpun bening sekali kita bisa melihat ikan kecil berwarna-warni berenang, ada pula terlihat bintang laut dan kuda laut. Indah sekali. Di pantai pulau itu kadang-kadang bunda mendapatkan kulit kerang yang bagus. Bunda ingat pernah mendapat kulit kerang berwarna biru mengkilat sebesar genggaman tangan. Cantik sekali dan cukup lama disimpan, bahkan kerang itu dibawa ketika pindah dari Sorong, tapi sekarang tak tahu di mana hilangnya. Kerang-kerang kecil juga banyak  tersebar di pantai  dan tinggal dipungut saja. Di rumah kerang itu bisa dipakai untuk bermain congklak atau bekel.

Jika tak pergi ke laut, papanya bunda mengajak menangkap ikan di kali kecil di belakang kantornya. Sorakan senang sering terdengar ketika berhasil menggiring ikan ke tempat yang dibendung dengan batu. Kali itupun bening sekali dan hanya perlu menggunakan jala kecil untuk menangkap ikan. Ikan-ikan yang didapat kemudian dipelihara di kolam di depan rumah.

Di Papua ini bunda belajar bahasa yang lain dari yang biasa dipakai sehari-hari.  Memang kalau kita pindah ke daerah baru harus bisa bahasa setempat dan menyesuaikan diri dengan kehidupan di sana. Tidak boleh kita sombong karena berasal dari kota yang lebih besar atau menyombongkan pekerjaan orang tua. Salah seorang teman bunda yang pindah dari Jakarta  ada yang seperti itu akibatnya dia tak punya banyak teman.

Masa kecil memang manis dak tak terlupakan sampai sekarang. Masa anak-anak adalah msa bermain, jadi Vania nikmatilah masa bermainmu ya.

Cerita untuk Vania ini untuk  diikutkan di kontes menulis  Vania’s May Giveaway di The Green Pensieve.

 

40 respons untuk ‘Bermain Di Alam

  1. Lidya berkata:

    ternyata saya kelewatan postingan bunda yang ini ya. selamat but menang divania giveaway.
    kalau ingat biji karet ingat semasa SD bun,saya suka ngadu biji karet tuh hihihi kaya anak laki-laki ya

  2. bintangtimur berkata:

    Mbaaaak, kita sama-sama bikin cerita buat Vania 😀

    Dari posting ini saya bisa ngebayangin gimana indahnya Indonesia. Biarpun bapak saya tentara, masa kecil saya hanya dihabiskan di Bandung dan Lawang, sebuah kota ecil yang ada di dekat kota Malang…

    Selamat ikut lomba mbak Monda, saya kebagian cerita seru dari posting ini. Hehe, maaf ya, komennya disini dulu, komputernya sekarang mau dipake sama Risa 😉

    • monda berkata:

      saya belum pernah ke Malang mbak…, kepengen banget…, sekali ke sana cuma lewat doang, malam hari pula…

      udah baca ceritanya mbak Irma, keren banget… aku dukung semoga eyang dan oom Vania tersentuh baca ceritanya mbak Irma

  3. paibiopai berkata:

    whaaa, udah keliling endonesaa yaaa.. saia baru nyampe aceh, belon ke papuaa.. ntar lagi lah insyAllah.. hehe

  4. Agung Rangga berkata:

    wah, bunda keren…
    Udah pernah mengelilingi Indonesia ya… 😀
    Semoga menang kontesnya… 😮

  5. ysalma berkata:

    saya juga berkenalan semua dengan permainan diatas, karet, getahnya, bijinya, rambusa/rambutan aka, bermain kotor, semua dilakukan dimasa kecil 🙂
    sukses ya mbak di kontesnya.

    • monda berkata:

      tos Uni, sama dong ya pengalaman kita, tapi aku tak ada pengalaman berenang di sungai, he..he…
      seru banget cerita yang itu lho

    • monda berkata:

      di tempat kita sendiri banyak juga kok hal2 kecil yang terkadang kita luput perhatikan, di manapun ciptaan Allah selalu mengagumkan

  6. Bibi Titi Teliti berkata:

    mba Mondaaaaaa…
    Kenapa ya…aku kok jadi ngebayangin masa kecil mba Monda seperti si Bolang Bocah Petualang yang tayang di trans TV itu…hihihi…
    Masa kecil yang menyenangkan pastinya ya mba Monda 🙂

    Selamat ulang tahun buat Vania yaaaa 🙂
    Semoga menjadi anak yang soleh 🙂

    • monda berkata:

      wuuuaahhh, dulu memang pengen jadi seperti si Bolang jadi pengelana, bawa buntelan kain di ujung tongkat ha…ha.. ha..,
      akibat kebanyakan baca Winnetou dan Wira,
      sayangnya nggak nemu teman seperjalanan :D

  7. zee berkata:

    Berpindah-pindah tempat enaknya adalah kita punya banyak teman baru, dan banyak kenangan juga yg bisa diceritakan nanti ke anak cucu.
    Ah Sorong ya. Saudaraku masih banyak di sana.

  8. lozz akbar berkata:

    jika kiya mencoba flashback ke masa kecil, rasanya kasihan anak-anak ekarang tak lagi bisa menikmati apa yang dulu kita nikmati saat kecil.

    sukese untuk Giveawaynya Bu Monda..

  9. Ikkyu_san berkata:

    Ingat saja pepatah Jepang :

    “Mono yori omoide” (Daripada barang, lebih baik kenangan)
    Buatlah kenangan sebanyak-banyaknya, dan jika sudah bisa, tuliskanlah!

    Selamat ulang tahun ke 3 untuk Vania.

    EM

    • Lyliana Thia berkata:

      Makasih Bunda Imelda…

      “Mono yori omoide”
      Buatlah kenangan sebanyak-banyaknya, dan jika sudah bisa, tuliskanlah!

      setujuuuu….!!!

      boleh aku kutip ini utk blogku? 😀
      makasih sblmnya Bunda Imelda

      • monda berkata:

        pepatah yang bagus banget, kenangan tak akan terlupa ya, kecuali kalau amnesia he…he…, sinetron banget
        (mbak Imel, tema sinetron lagi banyak amnesianya nih he..he…)

  10. Lyliana Thia berkata:

    Bunda Monda, makasih cerita serunya untuk Vania… Vania suka sekali bacanya ^_^

    Berarti Bunda udah pernah mengalami berbagai suasana di daerah yang berbeda2 yah,… wah serunya… bermain di jurang? wah bagaimana rasanya yah? flying fox ala tarzan… ah seru sekali… Mudah2an Bundanya Vania kalo udah cukup modal bisa ajak Vania jalan2 ke seluruh Indonesia, biar bisa cerita spt Bunda Monda, hihihi…

    Sekali lagi makasih Bunda ceritanya, Vania save yaaa… 🙂

  11. giewahyudi berkata:

    Iya Vania sayang, sekarang waktunya bermain dan mencetak kenangan indah..
    Selamat ulang tahun yaa..

Tinggalkan komentar